Minggu, 23 Juni 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ASPEK BAHASA PADA ANAK USIA 4-6 BULAN DI POLINDES PURWOJATI KECAMATAN NGORO KABUPATEN MOJOKERTO

ABSTRACT
CORRELATION STUDY OF NUTRITIONAL STATUS WITH ASPECTS OF LANGUAGE DEVELOPMENT IN CHILDREN AGES 4-6 MONTHS
IN POLINDES PURWOJATI SUBDISTRICT
NGORO MOJOKERTO

AGNES AYU PRATIWI

            Nutritional status is a state of the body as a result of food consumption and utilization of nutrients. Children 4-6 months of age is the age of a vulnerable time for mothers to give solid food to the child, at which age the baby's digestive is not ready for solid food so that the absorption of nutrients impaired and cause growth retardation . Where physical growth is the basis of the progress of development. The purpose of this study was to determine whether there is a correlation with the nutritional status of the language development of children aged 4-6 months.
This research uses analytic calculation of Spearman Rank. The population was all children aged 4-6 months in Polindes Purwojati Subdistrict Ngoro Mojokerto many as 30 children with the overall sample of the population that is 30 respondents. Sampling using total sampling.
From the research conducted, showed the nutritional status of children aged 4-6 months the nutritional status obest 3%, 54% good nutritional status, medium nutritional status 20%, 13% less nutritional status, poor nutritional status of 10%. While the development of the language obtained results are normal development 57%, suspect 20%, 23% untestable.
Spearman rank test results found that rhoxy count = 0.989> Spearman rho = 0.364 so H0 is rejected and H1 accepted.
In this study it can be concluded that there is a correlation among  nutritional status of the language development of children aged 4-6 months in polindes Purwojati subdistric Ngoro Mojokerto . Efforts to overcome the problem of nutritional status and child language development needs to be considered in accordance with the nutrition and parenting needs of both parents.


Keywords: infant nutrition, nutritional status of children 4-6 months, language development


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Upaya peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia itu dalam kandungan. Pada bayi dan anak, kurang gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang apabila tidak diatasi secara dini akan berlanjut hingga dewasa. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Sebelum mampu berbicara  umumnya anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana kemudian berkembang secara komplek dan  mengandung arti. Misalnya seorang anak menangis (crying), mendekut (cooing), mengoceh (babling), kemudian ia akan menirukan kata-kata yang didengar dari orang tua atau lingkungan sekitarnya (papalia, 2004/www.episentrum.com). Usia 4-6 bulan adalah tahap bayi mengenali suaranya sendiri. Ia akan mengeluarkan suara-suara barunya saat berceloteh, karena pada tahap itu, dia membuat suara untuk kesenangannya sendiri sambil mencoba mengenalinya. Walau ia belum bisa menyebut ‘ma’ atau ‘pa’ dan belum bisa diajak ngobrol dengan baik, namun berbicara dengan bayi pada tahap ini bisa membantu perkembangan bicaranya. (http://www.clubnutricia.co.id, 2009)
Studi Cocharane terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa dan gabungan keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Prevalensi keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara pada anak usia 2 sampai 4,5 tahun adalah 5-8%, prevalensi keterlambatan bahasa adalah 2,3-19%. Sebagian besar studi melaporkan prevalensi dari 40% sampai 60%. Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum diteliti secara luas. Kendalanya dalam menentukan kriteria keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa (www.wordpress.com, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Polindes Purwojati pada tanggal 20 april 2012, didapatkan 10 anak usia 4-6 bulan. Dari ke 10 anak tersebut, 2 anak mengalami keterlambatan bahasa dengan status gizi cukup dan 8 anak dengan status gizi yang baik tidak ada masalah dengan perkembangan bahasanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ada 2 yaitu faktor internal (perbedaan ras/bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom) dan faktor eksternal/lingkungan (gizi, infeksi, toksin, psikologi ibu, lingkungan fisis dan kimia, sosio ekonomi, stimulasi dan obat-obatan). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah nutrisi (status gizi). Gizi merupakan modal dasar agar anak dapat mengembangkan potensi genetiknya secara optimal. Pada anak dengan status gizi buruk cenderung mengalami gangguan maupun keterlambatan dalam perkembangannya. Karena dalam perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya secara normal. Sedangkan menurut profil Dinkes Magetan 2004, gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi kurang tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian, tapi juga menurunkan produktivitas. Keterlambatan bahasa dapat menimbulkan berbagai masalah dalam prosesbelajar di usia sekolah.  anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis, dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang serta menyeluruh, hal ini berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.
 Melihat sedemikian besar dampak yang timbul akibat perkembangan bahasa anak usia prasekolah maka deteksi dini adalah tindakan terpenting untuk menilai tingkat perkembangan anak. Asupan nutrisi juga perlu untuk diperhatikan dikarenakan nutrisi  sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, maka diharapkan kepada ibu untuk memperhatikan asupan nutrisi bayi pada 6 bulan pertama dengan  memberikan ASI eksklusif untuk menunjang perkembangan bahasa anak. Berdasarkan adanya hubungan antara status gizi dengan perkembangan bahasa, peneliti merasa tertarik untuk meneliti keterkaitan antara dua hal tersebut. Peneliti memandang hal tersebut penting untuk diperhatikan lebih serius dengan harapan semua anak dapat mengembangkan kemampuan berbicaranya secara maksimal sejak dini sehingga kualitas sumber daya manusia bangsa ini akan menjadi lebih baik di masa mendatang.

1.2    Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara status gizi dengan tingkat perkembangan aspek bahasa pada anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tahun 2012?
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dan perkembangan aspek bahasa pada anak usia 4-6 bulan.
1.3.2  Tujuan Khusus
1.   Mengidentifikasi status gizi anak usia 4-6 bulan.
2.   Mengidentifikasi tingkat perkembangan aspek bahasa anak usia 4-6 bulan.
3.   Menganalisis hubungan antara status gizi dengan perkembangan aspek bahasa anak usia 4-6 bulan.
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Diharapkan ibu bisa mempelajari apa yang perlu diantisipasi saat bayi ibu tumbuh dan berkembang terutama dalam periode usia bayi
1.4.2  Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan informasi yang diperoleh.
1.4.3  Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai materi edukasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang memiliki bayi atau balita mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah referensi dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
1.5 Batasan Penelitian
Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada aspek bahasa, maka peneliti membatasi penelitian pada hubungan status gizi dengan perkembangan aspek bahasa. Sedangkan faktor lainnya tidak diteliti.


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
            Penelitian dengan judul hubungan status gizi dengan perkembangan aspek bahasa pada anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto dilaksanakan di Polindes Purwojati Desa Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto dibawah pengawasan Bidan Wiwit Mustikowati, Amd.keb di Polindes Purwojati yang mempunyai 40 anak yang berusia 4-6 bulan.
            Batas-batas wilayah polindes Purwojati Desa Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto antara lain:
Sebelah utara   : Desa Jasem
Sebelah timur  : Desa Polaman
Sebelah selatan: Desa Sukojati
Sebelah barat   : Dusun Sirno
           
                                                                          

4.1.2 Data Umum Ibu Responden
1.  Karakteristik Ibu Responden Berdasarkan Umur
Gambar 4.1  Distribusi Frekuensi Karakteristik ibu respondn berdasarkan umur di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.1 diatas menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan umur dari 30 ibu responden adalah umur 31-40 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 43%.
2. Karakteristik Ibu Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan tingkat pendidikan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan tingkat pendidikan dari 30 ibu responden adalah tingkat pendidikan SMP sebanyak 10 orang dengan persentase 33%.

3. Karakteristik Ibu Responden Berdasarkan pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.3 di atas menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan dari 30 ibu responden adalah sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 20 orang dengan persentase 67%.
4.1.3 Data Umum  Anak Usia 4-6 bulan
1. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Umur
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan umur di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.4 di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur dari 30 responden adalah umur 4 bulan sebanyak 10 anak dengan persentase 34%.
2. Karakteristik  Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan jenis kelamin di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.5 di atas menunjukkan karakteristuk responden berdasarkan jenis kelamin dari 30 responden adalah jenis kelamin Perempuan sebanyak 16 orang dengan persentase 53%.
3. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Pengasuh
Gambar 4.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan pengasuh di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.6 di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pengasuh dari 30 responden sebanyak 22 anak dengan persentase 73% diasuh oleh orang tuanya sendiri.

4. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Pemberian Makanan Tambahan
Gambar 4.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan pemberian makanan tambahan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.7 di atas  menunjukkan karakteristik responden berdasarkan pemberian makanan tambahan dari 30 responden sebanyak 17 anak dengan persentase 57% diberi makanan tambahan setelah berumur > 6 bulan.
4.1.4 Data Khusus Anak Usia 4-6 bulan
1. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Status Gizi dan Menurut BB/U
Gambar 4.8 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan status gizi dan pertumbuhan menurut BB/U di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabbupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.

            Berdasarkan gambar 4.8 di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status gizi dan pertumbuhan menurut BB/U sebanyak 16 anak dengan persentase 54% menunjukkan status gizi baik.
2. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Perkembangan Bahasa
Gambar 4.9 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan perkembangan bahasa di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokertotanggal 21-28 Agustus 2012

            Berdasarkan gambar 4.9 di atas menunjukkan karakteristik responden berdasarkan perkembangan bahasa dari 30 responden sebanyak 17 anak dengan persentase 57% menunjukkan perkembangan Normal.
4.1.5 Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Aspek Bahasa anak Usia 4-6 bulan
Tabel 4.1 Pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
Status Gizi
Perkembangan Bahasa
Total
Normal
Suspect
Untestable
Lebih
1
3 %
0
0 %
0
0 %
1
3 %
Baik
16
54 %
0
0 %
0
0 %
16
54 %
Sedang
0
0 %
0
0 %
6
20 %
6
20 %
Kurang
0
0 %
3
10 %
1
3 %
4
13 %
Buruk
0
0 %
3
10 %
0
0 %
3
10 %
Total
17
57 %
6
20 %
7
23 %
30
100 %
Dari tabel di atas didapatkan :
∑ D = 28
∑ D2 = 48
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus rho spearman
Rhoxy   = 1 -  6  ∑D2 
                      N (N2-1)

            = 1 -  6 (48)
                    30 (302-1)

            = 1 -  288
                     30 (900-1)

            = 1 -  288
                      30 (899)

            = 1 -   288
                       26.970
            = 1 -  0,010678
            = 0,989322
            = 0,989
            Dari hasil rhoxy didapatkan hasil 0,989 setelah dibandingkan pada tabel harga rho spearman pada 30 responden, dengan interval kepercayaan 99% adalah 0,478. Jika harga kritis dari rho spearman 0,478 maka kurang dari nilai rhoxy 0,989. Jadi H0 ditolak, Hi diterima atau ada pengaruh status gizi terhadap perkembangan bahasa anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Status Gizi Anak Usia 4-6 bulan
            Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap status gizi anak usia 4-6 bulan dari 30 responden didapatkan anak dengan status gizi lebih 1 responden (3%), status gizi baik 16 responden (54%), status gizi sedang 6 responden (20%), status gizi kurang 4 responden (13%), status gizi buruk 3 responden (10%) (gambar 4.8). Dari data di atas sebagian besar anak usia 4-6 bulan dengan asupan gizi yang baik adalah 54%.
Hal tersebut di atas dilihat dari lembar pemeriksaan yang dicocokkan dengan angka baku status gizi WHO-NCHS yang dikatakan baik apabila nilainya diantara 80% - 120% dan juga penambahan yang dicatat dalam KMS yang dikatakan baik bila garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna di atasnya. Status gizi yang baik didapat karena pemberian ASI eksklusif kepada bayi, dan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.
Dengan menggunakan KMS akan mempermudah para ibu untuk menjaga dan memperhatikan kecukupan gizi pada anaknya supaya pertumbuhan dan perkembangannya normal (Suhardjo, 2005: 120). Status gizi anak usia 4-6 bulan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua karena dengan pendidikan yang baik diharapkan dapat dengan mudah menerima informasi tentang gizi. karena semakin tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2005: 23). Pemberian makanan yang terlalu dini atau sebelum organ pencernaan bayi siap menerima makanan padat, akan mengganggu  proses penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Sehingga akan mempengaruhi status gizi bayi tersebut (Arsad, 2010).
            Dalam menjaga agar kecukupan gizi pada anak usia 4-6 bulan tetap baik adalah dengan cara tidak merubah asupan gizi yang sudah diberikan dan harus diperhatikan dalam pemberian makanan sesuai dengan kebutuhan pada tahapan usianya.
4.2.2 Perkembangan Bahasa Anak anak usia 4-6 bulan
            Dari penelitian yang telah dilaksanakan tentang hubungan status gizi dengan perkembangan bahasa anak usia 4-6 bulan dari 30 responden didapatkan data tentang perkembangan bahasa normal sebanyak 17 responden (57%), perkembangan bahasa suspect sebanyak 6 responden (20%), dan perkembangan bahasa tidak dapat diuji sebanyak 7 responden (23%) (gambar 4.9). Dari data di atas sebagian besar anak usia 4-6 bulan dengan perkembangan bahasa normal 57%.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang baik dari orang tua dan juga dari lingkungan disekitarnya. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak akan memberikan stimulus yang baik bagi bayi untuk belajar hal baru.
Pertumbuhan fisik merupakan dasar dari perkembangan berikutnya. yang mana pola asuh orang tua dilatar belakangi oleh pengaruh budaya dan lingkungan, anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa yang rendah. Jumlah dan posisi anak dalam keluarga juga mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak, suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti (www.wordpress.com,2010). Pendidikan orang tua juga sangat mempengaruhi  perkembangan bahasa anak karena dengan pendidikan yang baik, maka diharapkan orang tua dapat terbuka dengan berbagai informasi yang ada, selain itu tingkat pendidikan orang tua yang rendah merupakan faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya. karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2005: 23). Selain  hal di atas perkembangan yang baik pada anak juga dipengaruhi oleh faktor usia orang tua dimana biasanya orang tua yang terlalu muda belum siap menerima keadaannya dan menyerahkan semua tanggung jawab pada ibunya (nenek), bahkan sebaliknya jika terlalu tua anak bisa tidak terurus dengan baik. Menjadi orang tua diperlukan kesiapan fisik dan psikis, rentang usia tertentu adalah baik untuk menjadi orang tua apabila terlalu muda dan terlalu tua mungkin tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal (Supartini, 2005:36)
            Dalam mempertahankan agar perkembangan bahasa anak ataupun perkembangan lainnya tetap berjalan normal perlu diperhatikan pola pengasuhan dari orang tua dan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhannya, Untuk membantu perkembangannya orang tua dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.


4.2.4 Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Aspek Bahasa Anak Usia 4-6 Bulan
            Dari hasil penelitian didapatkan status gizi lebih dengan perkembangan bahasa yang normal sebanyak 3%, status gizi baik dengan perkembaangan bahasa normal sebanyak 54 %, status gizi sedang dengan perkembangan bahasa tidak dapat diuji sebanyak 20%, status gizi kurang dengan perkembangan bahasa suspect sebanyak 10% dan perkembangan bahasa tidak dapat diuji sebanyak 3%, status gizi buruk dengan perkembangan bahasa suspect sebanyak 10% (Tabel 4.1). sebagian besar status gizi yang baik juga diikuti perkembangan bahasa yang normal.
            Hal tersebut dikarenakan anak yang mendapatkan gizi yang cukup dan pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi anak dan tingkat perkembangan bahasanya. gizi merupakan modal dasar bagi tubuh untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, pengetahuan ibu yang baik akan membawa dampak pada pertumbuhan serta perkembangan anak yang baik pula.
Perkembangan bahasa pada anak didukung oleh kematangan alat-alat bicara misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut, dll., kesiapan berbicara juga dipengaruhi oleh kesiapan mental anak yang sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak. gizi yang cukup dan baik akan membantu proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang akan berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya secara normal (Ade Suryani, 2010).
            Dalam mempertahankan agar status gizi dan perkembangan tetap baik dan normal dengan cara tetap memperhatikan asupan gizi yang baik dan pola asuh yang diterapkan orang tua sesuai dengan tahapan usianya.

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN INVOLUTIO UTERUS DI POLINDES ALAMANDA DESA POHJEJER KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO

ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN INVOLUTIO UTERUS
DI POLINDES ALAMANDA DESA POHJEJER
KECAMATAN GONDANG KABUPATEN
MOJOKERTO


DWI KURNIAWATI


Senam nifas dapat mempercepat pengembalian regangan-regangan otot setelah melahirkan jika dilakukan dengan teratur: Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2008 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah melakukan senam nifas. Alasan sebagian besar ibu adalah takut sakit dan takut nyeri luka jahitan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
Desain penelitian ini adalah analitik – cross sectional. Populasi diambil dari semua ibu nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto pada bulan Juni 2010 sebanyak 132 orang dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang, tehnik consecutive sampling. Instrumen adalah lembar observasi. Variabel Independen adalah senam nifas dan Variabel dependen adalah involutio uterus. Analisa data dengan uji statistik Chi square.
Hasil penelitian terdapat 21 responden yang melakukan senam nifas tidak tepat, 16 (76,2%) diantaranya mengalami involusi uterus yang tidak normal. Sedangkan 11 responden yang melakukan senam nifas dengan tepat, 10 (90,9%) diantaranya mengalami involusi uterus yang normal. Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-Square dengan menggunakan SPSS mendapatkan hasil  ρ =0,000 < 0,05 yang artinya ada hubungan antara senam nifas dengan involutio uterus.
Ibu diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang senam nifas baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga ibu mau ikut serta dalam program senam nifas dalam rangka mempercepat involusi uterus.



Kata Kunci : Senam nifas, involutio uterus

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pasca persalinan ibu sering mengeluhkan rasa sakit pada perut bagian bawah yang bertambah nyerinya saat menyusui. Rasa sakit itu menyertai pengecilan rahim dan biasanya hilang sepuluh hari pasca persalinan, meskipun demikian rahim baru pulih kembali sekira 6 minggu (40-42 hari) (Kusniyati, 2009). Senam nifas dapat mempercepat pengembalian regangan-regangan otot setelah melahirkan jika dilakukan dengan teratur: memperbaiki regangan otot panggul dan regangan otot tungkai bawah. Senam nifas yang bervariasi dan mempunyai tahapan-tahapan yang setiap tahapnya mempunyai urutan sesuai dengan kondisi. Sebaiknya dalam melakukan senam nifas tambahkan jumlah dan variasi latihan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan ibu. Dalam latihan juga hendaknya diawali dengan pemanasan dan lakukan relaksasi setelah melakukan senam nifas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik (Maimunah, 2009).
1
 
Menurut penelitian Edmond (2006) pada 11.000 ibu nifas yang melakukan senam nifas didapatkan 76,4% ibu mengalami involusi uterus yang cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara di Indonesia pada tahun 2006 hampir 33,8% ibu mengalami sub involusi uterus karena ibu tidak pernah melakukan senam nifas (Sulistyowati, 2008). Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2008 didapatkan bahwa hampir 68% ibu nifas tidak pernah melakukan senam nifas. Alasan sebagian besar ibu adalah takut sakit dan takut nyeri luka jahitan (Zahra, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Juni 2010 secara wawancara dan observasi pada 10 ibu nifas didapatkan bahwa 8 (80%) ibu nifas tidak pernah melakukan senam nifas dan 2 (20%) ibu nifas pernah melakukan senam nifas. Dari 10 ibu tersebut didapatkan 5 pada ibu nifas yang tidak melakukan senam nifas mengalami  ibu nifas yang sub involusi, lochea berbau.
Senam nifas jarang dilakukan oleh ibu-ibu yang telah melakukan persalinan. Alasan ibu nifas tidak melkukan senam nifas. Pertama, karena memang tidak tahu bagaimana senam nifas. Kedua karena saking bahagianya dan yang dipikirkan hanya bayi. Ketiga, takut sakit. Sebenarnya senam nifas mudah dilakukan. Ibu pasca melahirkan tidak harus melakukan gerakan bermacam-macam. Biasanya hanya duduk dan bersila. Bahkan, bila masih terasa sakit, senam nifas bisa dilakukan sambil tiduran. Kondisi tersebut berbeda dengan orang yang proses persalinannya melalui proses operasi. Jika proses persalinan degan operasi, maka tidak bisa langsung melakukan senam nifas seperti halnya proses persalinan normal. Ibu harus menunggu sampai cukup kuat dan tidak lagi sakit ketika bergerak (Narendra, 2009).
Faktor yang mempengaruhi senam nifas yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kesiapan fisik dan kesiapan psikologis ibu. Sedangkan faktor eksternal meliputi bayi kedinginan dimana bayi membutuhkan dekapan ibu untuk menghangatkan tubuh bayi, kelelahan ibu, tenaga kesehatan kurang tersedia dalam mengajarkan senam nifas pada ibu post partum, bayi kurang siaga sehingga membutuhkan perhatian ibu dalam mengurus bayi (Suhaemi, 2009).
 Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil yang dipengaruhi oleh mobilisasi dan senam masa nifas. Saat masa nifas para ibu di haruskan untuk melakukan senam nifas atau senam setelah melahirkan. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu yang telah melahirkan untuk mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan. Melalui latihan secara teratur, calon ibu diharapkan dapat lebih tenang serta siap saat persalinan maupun setelah proses persalinan. Senam nifas sebaiknya dilakukan setelah kondisi tubuh benar-benar pulih kembali, dan tidak ada keluhan-keluhan ataupun gejala-gejala akibat kehamilan / persalinan yang lalu (Denisa, 2006).

1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.
1.3.2 Tujuan kusus
1.        Mengidentifikasi ibu yang mengikuti senam nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
2.        Mengidentifikasi involutio uterus pada ibu nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
3.        Menganalisis hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

1.4 Manfaat penelitian
1.4.1  Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang  hubungan senam nifas dengan involutio uterus dan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengajarkan ibu nifas untuk melakukan senam nifas.
1.4.2        Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan khasanah wacana kepustakaan, juga dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3        Bagi Profesi Kebidanan
Diharapkan penelitian ini akan menambah informasi baru bagi ilmu kebidanan, khususnya berkaitan dengan hubungan senam nifas dengan involutio uterus
1.4.4        Bagi Responden
Dapat dijadikan masukan bagi responden tentang manfaat senam nifas.

1.5 Batasan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membatasi penelitian pada hubungan senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Senam Nifas Dengan Involutio Uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto”. Pada bab ini akan disajikan data umum yang meliputi umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan. Sedangkan data khusus meliputi senam nifas, involutio uterus, dan hubungan senam nifas dengan involution uterus.

4.1  Hasil Penelitian
4.1.1          Data Umum
4.1.1.1   Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Umur
Jumlah
Persentase (%)
1.
< 20 tahun
12
37,5
2.
20 – 35 tahun
16
50,0
3.
> 35 tahun
4
12,5

Total
32
31
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa setengah responden berumur 20 – 35 tahun, 16 (50,0%).



47
 
 

4.1.1.2   Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Dasar
26
81,3
2.
Menengah
5
15,6
3.
Tinggi
1
3,1

Total
32
100,0
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa hampir seluruh responden berpendidikan dasar 26 (81,3%).

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Tabel 4.3  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Paritas
Jumlah
Persentase (%)
1.
Primipara
21
65,6
2.
Multipara
11
34,4
3.
Grandemultipara
0
0

Total
32
100,0
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden primipara, 21 orang (65,6%).

4.1.1.4   Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.4  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Bekerja
10
31,2
2.
Tidak Bekerja
22
68,8

Total
32
100,0
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan sebagian besar responden tidak bekerja 22 orang (68,8%).

4.1.2        Data Khusus
4.1.2.1   Ibu yang Mengikuti Senam Nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Senam Nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Senam Nifas
Jumlah
Persentase (%)
1.
Dilakukan tepat
11
34,4
2.
Dilakukan tidak tepat
21
65,6


32
100,0
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak tepat melakukan senam nifas 21 orang (65,6%).

4.1.2.2   Involusi Uterus pada Ibu Nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.7 Distribusi Involusi Uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010

No
Involusi uterus
Jumlah
Persentase (%)
1.
Normal
14
43,8
2.
Tidak normal
18
56,3

Total
32
100,0
Sumber: Data Primer, 2010

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami involusi uterus yang tidak normal 18 orang (56,3%).


4.1.2.3   Tabulasi Silang Hubungan Senam Nifas Dengan Involutio Uterus
Tabel 4.8  Tabulasi Silang Hubungan Senam Nifas Dengan Involutio Uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010.

Senam Nifas
                     Involusi uterus
Normal
Tidak normal
Total
f
%
f
%
Jumlah
%
Dilakukan tepat
10
90,9
1
9,1
11
100,0
Dilakukan tidak tepat
5
23,8
16
76,2
21
100,0
Total
15
46,9
17
53,1
32
100,0
Hasil uji Chi-Square, ρ value < α = 0,000 < 0,05, dan nilai χ2 hitung >  χ2 tabel atau 13,052 > 3,841
Sumber : Data Primer, 2010
                                             
Hasil analisa dan interpretasi data pada tabel 4.8 didapatkan bahwa terdapat 21 responden yang melakukan senam nifas tidak tepat, 16 (76,2%) diantaranya mengalami involusi uterus yang tidak normal. Sedangkan 11 responden yang melakukan senam nifas dengan tepat, 10 (90,9%) diantaranya mengalami involusi uterus yang normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-Square menggunakan SPSS pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05 didapatkan hasil ρ value < α = 0,000 < 0,05, dan nilai χ2 hitung >  χ2 tabel (dengan derajat kebebasan 1 = 3,841) atau 13,052 > 3,841 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010.

4.2  Pembahasan
4.2.1        Senam Nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
Tabel 4.6 didapatkan bahwa senam nifas yang dilakukan ibu di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010 sebagian besar tidak tepat 21 orang (65,6%). Dimana sebagian besar responden berpendidikan dasar, pekerjaan ibu nifas sebagian besar tidak bekerja/IRT sehingga ibu lebih sulit mendapatkan informasi tentang senam nifas dan sebagian besar ibu primipara sehingga ibu belum mempunyai pengalaman dalam melakukan senam nifas sebelumnya.
Sedikitnya kesempatan ibu untuk memperoleh informasi tentang senam nifas dapat mempengaruhi pemahaman seseorang bahwa senam nifas penting dilakukan pada ibu pasca bersalin untuk mempercepat proses involusi uterus. Informasi tentang senam nifas dapat diperoleh dimana saja tidak hanya di bangku sekolah seperti dari tenaga kesehatan, buku, majalah, televise dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dapat menimbulkan kesadaran ibu untuk melakukan senam nifas.
Pendidikan adalah jalur yang ditempuh seseorang untuk meningkatkan pengeahuan seseorang semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak informasi yang di dapat dan pengetahuan seseorang meningkat (Notoadmodjo, 2005).
Rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang masuk apalagi informasi yang bersifat baru dikenal responden termasuk perihal senam nifas. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan ibu terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali.
Perilaku ibu dalam melakukan senam nifas dipengaruhi oleh pekerjaan, Tabel 4.4 didapatkan sebagian besar responden tidak bekerja 22 orang (68,8%). Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Pekerjaan seseorang sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Ibu yang tidak bekerja menyebabkan ibu nifas tidak dapat bertukar informasi tentang senam nifas dengan rekan kerja atau atasan yang mempunyai pengetahuan berbeda tentang senam nifas. ibu nifas yang bekerja akan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan pemahamannya tentang senam nifas. senam nifas juga dipengaruhi oleh paritas. Penyapihan merupakan sumber pengetahuan seseorang dan sumber pemikiran dalam bertindak. Orang akan berprilaku dan cara menimbang pengalaman sebelumnya (Notoatmodjo, 2003).
Ibu yang baru pertama kali mempunyai anak menyebabkan ibu tidak tahu bagaimana cara melakukan senam nifas dan tidak mengetahui dampak yang akan ditimbulkan jika senam nifas tidak dilakukan. Kurangnya pengalaman yang ibu miliki menyebabkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang senam nifas kurang sehingga ibu tidak sadar bahwa senam nifas penting untuk dilakukan.

4.2.2        Involusi Uterus pada Ibu Nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
Dari hasil analisa dan interpretasi data pada tabel dapat diketahui bahwa involusi uterus yang dialami oleh ibu di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010 lebih dari separuh ibu nifas mengalami involusi uterus tidak normal 18 orang (56,3%). Faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus antara lain status gizi, mobilisasi dini, menyusui, usia, paritas dan senam nifas.
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan guna mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki regangan pada otot-otot. Pada senam nifas terjadi pergerakan fiksi sehingga aliran darah akan meningkat dan lancar. Apabila otot rahim dirangsang dengan latihan dan  gerakan senam, maka kontraksi uterus semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan involusi (Hanifah, 2009).
Involusi yang tidak normal dipengaruhi sebagian besar responden primipara 21 orang (65,6%) sehingga responden tidak mempunyai pengalaman untuk melakukan senam nifas dan tidak mengetahui bagaimana proses involusi uterus. Ibu yang baru pertama kali mempunyai anak menyebabkan ibu tidak mengetahui tahapan proses involusi uterus yang normal sehingga ibu tidak dapat mendeteksi secara dini jika involusi uterus tidak normal.
Paritas dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Belum adanya pengalaman menyebabkan ibu tidak tau bahwa senam nifas dapat mempengaruhi infolusi (Rohyati, 2003).
Senam nifas dapat mempengaruhi proses involusi uterus dimana aktivitas dan gerakan yang dilakukan ibu setelah melahirkan menyebabkan sirkulasi darah responden lancar dan pengeluaran lochea lancar sehingga tidak dapat mengganggu kontraksi dalam proses pengecilan rahim.
Senam nifas yang dilakukan tidak tepat dapat mempengaruhi keberhasilan atau manfaat senam nifas itu sendiri. Jika ibu nifas melakukan senam tidak sesuai dengan urutan langkah dan hari senam nifas maka akan mempengaruhi proses involusi uterus yang dapat berjalan lebih lambat.

4.2.3        Hubungan Senam Nifas Dengan Involusi Uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto
Hasil analisa dan interpretasi data pada tabel 4.8 didapatkan bahwa terdapat 21 responden yang melakukan senam nifas tidak tepat, 16 (76,2%) diantaranya mengalami involusi uterus yang tidak normal. Sedangkan 11 responden yang melakukan senam nifas dengan tepat, 10 (90,9%) diantaranya mengalami involusi uterus yang normal.
Setelah dilakukan uji statistik dengan Chi-Square menggunakan SPSS pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05 didapatkan hasil ρ value < α = 0,000 < 0,05, dan nilai χ2 hitung >  χ2 tabel (dengan derajat kebebasan 1 = 3,841) atau 13,052 > 3,841 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan antara senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010.
Involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil yang dipengaruhi oleh mobilisasi dan senam nifas (Denisa, 2006).
Senam nifas dapat mempercepat pengembalian regangan-regangan otot setelah melahirkan jika dilakukan dengan teratur: memperbaiki regangan otot panggul dan regangan otot tungkai bawah. Senam nifas yang bervariasi dan mempunyai tahapan-tahapan yang setiap tahapnya mempunyai urutan sesuai dengan kondisi (Maimunah, 2009).
Saat masa nifas para ibu di haruskan untuk melakukan senam nifas atau senam setelah melahirkan. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Senam nifas penting sekali di lakukan oleh ibu yang telah melahirkan untuk mengembalikan kebugaran tubuh pasca persalinan. Melalui latihan secara teratur, calon ibu diharapkan dapat lebih tenang serta siap saat persalinan maupun setelah proses persalinan. Senam nifas sebaiknya dilakukan setelah kondisi tubuh benar-benar pulih kembali, dan tidak ada keluhan-keluhan ataupun gejala-gejala akibat kehamilan / persalinan yang lalu.
Sebaiknya dalam melakukan senam nifas tambahkan jumlah dan variasi latihan yang dilakukan dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan ibu. Dalam latihan juga hendaknya diawali dengan pemanasan dan lakukan relaksasi setelah melakukan senam nifas untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Hasil penelitian juga didapatkan ada 1 responden (9,1%) yang tepat melakukan senam nifas, akan tetapi involusi uterus yang dialami tidak normal. Hal ini mungkin disebabkan adanya infeksi pada masa nifas misalnya masih adanya sisa jaringan yang dapat memperlambat proses pengecilan rahim sehingga dapat menimbulkan perdarahan pada ibu.


 
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dibahas kesimpulan yang menjawab tujuan penelitain dan saran sesuai dengan kesimpulan.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.      Senam nifas yang dilakukan ibu di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto sebagian besar tidak tepat 21 orang (65,6%).
2.      Involusi uterus pada ibu nifas di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto sebagian besar mengalami involusi uterus yang tidak normal 18 orang (56,3%).
3.      Ada hubungan antara senam nifas dengan involutio uterus di Polindes Alamanda Desa Pohjejer Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto bulan Agustus 2010.

5.2 Saran
  1. Bagi Ibu

 
Diharapkan diharapkan ibu dapat ikut serta / berpartisipasi dalam senam nifas dipolindes alamanda serta melakukan gerakan senam nifas dengan baik dan tepat untuk membantu mempercepat involusi uterus.
  1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat melanjutkan penelitian lanjutan tentang  involusi uterus.
  1. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini dan melakukan inisiasi menyusu dini sebagai kegiatan rutin dalam menolong persalinan.