Minggu, 23 Juni 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DENGAN KETERATURAN ANC PADA IBU HAMIL DI BPS NY. SUSENOWATI DESA GLATIK KECAMATAN NGORO KABUPATEN MOJOKERTO


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perawatan kehamilan adalah perawatan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Perawatan kehamilan dapat mendeteksi faktor risiko sejak sebelum konsepsi terjadi sehingga semakin baik untuk memberikan penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care salah satunya dipengaruhi oleh dukungan suami misalnya mengantarkan ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, mempersiapkan penolong persalinan, memilih tempat dan tenaga kesehatan dalam melakukan antenatal care, mengingatkan ibu untuk minum obat dan mempersiapkan perlengkapan bayi dan ibu menjelang persalinan (Suririnah, 2008).
 Berdasarkan penelitian WHO di dunia tahun 2007 didapatkan cakupan antenatal care pada ibu hamil sebanyak (76,4%). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2006, angka cakupan antenatal care masih 72,3%. Cakupan antenatal care di Indonesia lebih rendah daripada cakupan antenatal care di negara maju (Sarwono, 2005:62). Di Jawa Timur, cakupan antenatal care pada tahun 2008 sebesar 83,3% (Dinkes Infokom Jatim, 2009:slide 1), sedangkan di beberapa Kecamatan Kabupaten Pasuruan cakupan K1 sebesar 36,8% dan antenatal care pada tahun 2008 sebesar 21.862 ibu hamil (50%) dari 43.685 ibu hamil, sedangkan cakupan antenatal care terendah yaitu di Puskesmas Glanggang sebanyak 278 (44,9%) dari 618 ibu hamil yang ada, sedangkan K1 pada bulan januari sampai Desember tahun 2008 sebesar 178 (34,2%) (Azwar, 2005:69). Hasil penelitian Suvika tahun 2008 di Surabaya tentang pengaruh keikutsertaan masyarakat khususnya suami dan orang tua dengan praktik ibu dalam pelayanan antenatal didapatkan bahwa variabel peran suami mempunyai kemungkinan (42,5%) lebih erat dibandingkan dengan peran orang tua yang hanya 18,6% terhadap praktik ibu dalam melakukan antenatal care. (Dinkes Jatim, 2009).
Data tahun 2009 di Puskesmas Glatik sasaran ibu hamil sebanyak 546 orang target K1 dan K4 sebesar 80%, ibu hamil baru (K1 akses) 323 (59,1%) orang, sedang ibu hamil baru < 12 minggu (K1 murni) 223 (40,9%) orang. Jumlah ibu primigravida yang ada 212 (38,8%), ibu multigravida 334 (61,2%). Dari 212 ibu primigravida yang periksa teratur 98 orang (46,2%), yang periksa tidak teratur 114 orang (53,8%).  Sedangkan dari 334 ibu multigravida yang periksa teratur 142 orang (42,5%) dan 192 orang (57,5%) periksa tidak teratur (LB3 Puskesmas Glatik, 2009)
Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 19 – 20 Maret 2010 dengan wawancara pada 10 ibu hamil didapatkan bahwa 6 (60 %) ibu mengatakan tidak pernah diantar untuk melakukan antenatal care, hal ini dikarenakan sebagian besar suami bekerja sebagai swasta atau instansi terkait, tempat kerja yang jauh dari rumah, dan kurangnya pengetahuan tentang antenatal care dan 4 (40%) ibu mendapatkan dukungan dari suami dan termotivasi untuk melakukan antenatal care. Kurangnya dukungan suami dalam melakukan antenatal care disebabkan oleh suami sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengantarkan ibu, pengetahuan suami yang kurang tentang manfaat antenatal care. Kurangnya dukungan suami dapat menyebabkan ibu kurang teratur melakukan antenatal care. Selain itu, keteraturan ibu melakukan antenatal care dipengaruhi oleh pendidikan, umur, paritas, dukungan keluarga, pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya antenatal care, status ekonomi, jarak pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau, serta alat transportasi. Dampak ibu hamil tidak teratur melakukan antenatal care antara lain kurang termonitor kondisi ibu dan janin, komplikasi kehamilan karena kurang cepat dalam menjangkau pelayanan kesehatan apabila ada tanda bahaya kehamilan, kurang mempersiapkan proses persalinan (Utami, 2008).
 Pemeriksaan antenatal memegang peranan yang amat penting untuk dapat mengenal faktor risiko secara dini sehingga dapat dihindari kematian atau penyakit yang tidak perlu terjadi (Hamilton, 2001). Pemeriksaan kehamilan secara teratur bermanfaat untuk memonitor kesehatan ibu hamil dan bayinya, sehingga bila terdapat permasalahan dapat diketahui secepatnya dan diatasi sedini mungkin. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti ingin mengetahui “hubungan antara dukungan suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto”.



1.2  Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara dukungan suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto?.

1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara dukungan suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Mengidentifikasi dukungan suami pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
b.      Mengidentifikasi keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
c.       Menganalisis hubungan antara dukungan suami dengan keteraturan ANC pada ibu hamil di BPS Ny. Susenowati Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

1.4  Manfaat Penelitian 
1.4.1        Bagi Responden
Memberikan masukan pentingnya dukungan suami pada ibu hamil sehingga ibu termotivasi melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi dini risiko tinggi kehamilan.


1.4.2        Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan  kesehatan, khususnya bagi ilmu kebidanan mengenai antenatal care dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.
1.4.3        Bagi peneliti selanjutnya 
Diharapkan penelitian ini memberikan acuan bagi peneliti lain yang berhubungn dengan antenatal care mutu pelayanan.
1.4.4        Bagi Institusi Tenaga Kesesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penyuluhan antenatal care kepada ibu hamil sehingga ibu bisa melakukan antenatal care dengan teratur.

1.5  Batasan Penelitian
Dengan waktu dan dana penelitian yang terbatas maka peneliti hanya meneliti dukungan suami dengan keteraturan antenatal care pada ibu hamil. sesuai kriteria inklusi penelitian. 


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
   1.   Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BPS Ny. Susenowati Amd. Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto memiliki luas bangunan 400 m2 yang terdiri dari 1 ruang pemeriksaan, 1 ruang persalinan dan 1 ruang nifas. Pelayanan yang diberikan di BPS Ny. Susenowati Amd. Keb meliputi ANC, INC, KB, Imunisasi, Pengobatan sederhana. Rata-rata pendidikan SMA dan mayoritas pekerjaan Swasta / Wira swasta di Desa Glati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
Faktor yang mendukung pada saat penelitian antara lain semua ibu hamil bisa membaca sehingga mengerti maksud kuesioner, semua ibu hamil datang ke tempat penelitian, bidan desa menyediakan tempat penelitian dan mendukung serta membantu pada saat penelitian.
   2.   Data Umum
a)        Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1      :  Distribusi Frekuensi Umur Suami BPS Ny. Susenowati Amd. Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No.
Umur
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
< 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
3
22
10
8,6
62,9
28,6
Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh suami berumur adalah 20 – 35 tahun sebanyak 22 orang (62,9%).
b)        Karakteristik Responden Berdasarkan Umur istri
Tabel 4.2      :  Distribusi Frekuensi Umur Ibu BPS Ny. Susenowati Amd. Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

No.
Umur
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
< 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
20
11
4
57,1
31,4
11,4
Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Distribusi frekuensi  menunjukkan bahwa lebih dari separuh umur ibu < 20 tahun sebanyak 20 orang (57,1%).
c)        Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.3      :  Distribusi Frekuensi Pekerjaan Suami BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No.
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
Buruh/Petani
Swasta/Wiraswasta
PNS
Tidak bekerja
8
21
6
0
22,9
60
17,1
0
Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Penyajian data diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh suami bekerja swasta dan wiraswasta sebanyak 21 orang (60%).




d)       Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Istri
Tabel 4.4      :  Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No.
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
Buruh/Petani
Swasta/Wiraswasta
PNS
Tidak bekerja
8
5
5
17
22,9
14,3
14,3
48,6
Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Pengolahan data menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu tidak bekerja sebanyak 17 orang (48,6%).
e)        Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.5      :  Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No.
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
SD
SMP
SLTA
Akademi/PT
5
6
17
7
14,3
17,1
48,6
20

Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Karekteristik pendidikan suami menunjukkan bahwa hampir setengahnya suami mempunyai pendidikan SLTA sebanyak 17 orang (48,6%).





f)         Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan istri
Tabel 4.6      :  Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No.
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
4.
SD
SMP
SLTA
Akademi/PT
4
13
15
3
11,4
37,1
42,9
8,6

Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa hampir setengahnya ibu mempunyai pendidikan SLTA sebanyak 15 orang (42,9%).
g)        Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah  Kehamilan Istri
Tabel 4.7     Distribusi Frekuensi Hamil Ibu BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No
Gravida
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
3.
Primigravida
Multigravida
Grandemultigravida
24
8
3
68,6
22,9
8,6

Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Hasil pengumpulan data didapatkan bahwa sebagian besar ibu adalah primigravida sebanyak 24 orang (68,6%).

3.  Data Khusus
a)        Karakteristik Dukungan Suami
Tabel 4.8  Distribusi karakteristik Dukungan Suami BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

No
Dukungan suami
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
Mendukung
Tidak mendukung
21
14
60
40

Total
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Karakteristik dukungan suami didapatkan bahwa lebih dari separuh suami mendukung ibu  sebanyak 21 orang (60%).
b)        Karakteristik Keteraturan ANC
Tabel 4.9  Distribusi Karakteristik Keteraturan ANC BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
No
Keteraturan ANC
Frekuensi
Prosentase (%)
1.
2.
Teratur
Tidak teratur
20
15
57,1
42,9

Total
35
100
Sumber Data Skunder, 2010

Pengolahan data didapatkan bahwa lebih dari separuh ibu teratur dalam melaksanakan antenatal care sebanyak 20 orang (57,1%).
c)        Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Keteraturan ANC
Tabel 4.10   Tabulasi Silang Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Keteraturan ANC BPS Ny. Susenowati Amd.Keb  Desa Glatik Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Dukungan
              Keteraturan ANC
Suami
Teratur
Tidak teratur
Total

%
%
%
Mendukung
16
45,7
5
14,3
21
60
Tidak mendukung
4
11,4
10
28,6
14
40
Total
20
57,1
15
42,9
35
100
Sumber : Data Primer, 2010
Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa terdapat 16 (45,7%) responden yang suaminya mendukung dan teratur dalam melakukan antenatal care.
Hasil analisa menggunakan uji chi square dengan bantuan SPSS dengan ρ 0,05 didapatkan bahwa χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 5,955 > 3,841 maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada hubungan dukungan suami dengan keteraturan antenatal care pada ibu hamil adalah cukup.

4.2 Pembahasan
1.             Dukungan suami
Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar suami mendukung ibu  sebanyak 21 orang (60%). Dukungan suami dipengaruhi oleh sebagian besar umur suami adalah 20 – 35 tahun sebanyak 22 orang (62,9%). Selain itu dukungan suami dipengaruhi oleh pekerjaan suami, dimana sebagian besar suami bekerja swasta dan wiraswasta sebanyak 21 orang (60%). Dukungan suami pada istri untuk melakukan antenatal care dipengaruhi oleh pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil tabulasi bahwa hampir setengahnya suami mempunyai pendidikan SLTA sebanyak 17 orang (48,6%).
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan (Harymawan, 2007). Semakin cukup umur tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Sunaryo, 2004). Status pekerjaan ibu yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang sehingga dapat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan antenatal care (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan yang tertuju kepada kedewasaanya.  Jadi pendidikan tersebut menuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupanya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan seseorang akan bertambah (Azwar Saifudin, 2006).
Usia 20-35 tahun merupakan usia reproduktif bagi seseorang, pada usia 20-35 suami memiliki kesiapan mental untuk menjadi seorang ayah dan menanti kelahiran bayinya sehingga sebagian besar suami mendukung istri dalam melaksanakan antenatal care. Usia reproduktif menyebabkan responden matang dalam menerima informasi baru tentang perawatan kehamilan dan mudah mencerna informasi sehingga suami dapat berpikir bahwa antenatal care sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi. Suami yang bekerja sebagai swasta ataupun wiraswasta secara materiil mereka mempunyai penghasilan yang berbeda dan memiliki jumlah jam kerja yang sama 6 – 8 jam dalam sehari, sehingga suami banyak mempunyai waktu luang bersama istri untuk bertukar informasi seputar kehamilan dan mengantarkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Pendidikan seseorang yang lebih tinggi menyebabkan orang tersebut lebih berpikir rasional dan paham dalam menerima informasi  tentang antenatal care sehingga suami sepenuhnya mendukung istri dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan antenatal care untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
Oleh karena itu penting untuk memberikan informasi kepada suami tentang pentingnya memberikan dukungan pada istri dengan cara mengantarkan istri untuk melakukan antenatal care dan menyimak informasi tentang persiapan kelahiran sehingga psikis ibu menjadi lebih tenang.
2.             Keteraturan ANC
Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebagian besar ibu teratur dalam melaksanakan antenatal care sebanyak 20 orang (57,1%). Keteraturan ibu dalam melakukan antenatal care juga dipengaruhi oleh sebagian besar ibu tidak bekerja sebanyak 17 orang (48,6%). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu hamil adalah primigravida sebanyak 24 orang (68,6%).
Keteraturan ibu dalam melakukan antenatal care (ANC) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengetahuan, informasi, kondisi keluarga, ekonomi dan lingkungan (Neil Niven, 2005). Pengalaman adalah suatu peristiwa yang pernah dialami seseorang Middlebrook (1974), yang di kutip oleh Drs.Saifudin Azwar, MA (2006) mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologi, cenderung akan bersikap negatif terhadap obyek tersebut. Selain itu faktor internal yang mempengaruhi keteraturan ibu hamil melakukan antenatal care adalah umur yang produktif, maka tingkat kematangan seseorang akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa (Depkes RI, 2004).
Responden yang tidak bekerja sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang sehingga dapat mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan antenatal care. Ibu yang tidak bekerja cenderung mempunyai waktu luang untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebaliknya ibu yang sibuk hampir tidak mepunyai waktu untuk memperhatikan kehamilannya sehingga ibu jarang melakukan pemeriksaan kehamilan. Responden yang hamil pertama kali lebih memperhatikan kehamilannya sehingga ibu akan rutin dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, karena anak pertama adalah anak yang dinanti selama menikah sehingga saat diberi kesempatan untuk hamil maka ibu akan menjaga dengan penuh hati-hati.  Dari fakta dapat menunjukkan umur responden sebagian besar umur ibu < 20 tahun sebanyak 20 orang (57,1%). Umur yang masih muda atau < 20 tahun maka responden akan mempunyai sedikit kemampuan dalam menyaring informasi yang baru didapat sehubungan dengan perawatan kehamilan (antenatal care). Walaupun umur ibu masih muda, akan tetapi hampir setengahnya ibu mempunyai pendidikan SLTA sebanyak 15 orang (42,9%) sehingga mempengaruhi keteraturan ANC.
Tingginya pendidikan akan berpengaruh terhadap daya serap atau penerimaan informasi yang masuk apalagi informasi yang bersifat baru dikenal responden termasuk perihal antenatal care. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangannya terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama sekali. Informasi dapat diperoleh dari bangku sekolah, dan lingkungan sekitar semakin banyak informasi yang diperoleh ibu hamil tentang perawatan kehamilan (ANC) maka pengetahuan yang dimiliki akan semakin meningkat sehingga ibu akan teratur dalam melakukan antenatal care.

3.    Hubungan Dukungan suami dengan keteraturan ANC
Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa terdapat 16 (45,7%) responden yang suaminya mendukung dan teratur dalam melakukan antenatal care. Hasil analisa menggunakan uji chi square dengan bantuan SPSS dengan ρ 0,05 didapatkan bahwa χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 5,955 > 3,841 maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada hubungan dukungan suami dengan keteraturan antenatal care pada ibu hamil trimester III adalah cukup.
Keteraturan ibu hamil untuk melakukan antenatal care (ANC) ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperk uat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seseorang tidak mau melakukan antenatal care (ANC) ke petugas kesehatan disebabkan karena orang tersebut tidak mendapatkan dukungan dari keluarga khususnya suami sehingga ibu malas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, sebaliknya suami yang siaga maka ibu akan lebih tenang dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
Dari tabel 4.8 didapatkan suami yang mendukung isterinya dalam melakukan antenatal care adalah (60%) hal ini dikarenakan pengetahuan suami yang diperoleh melalui informasi tentang antenatal care yang  didapatnya adalah  baik. Dari hasil penelitian juga menunjukkan ada 14 (40%) suami yang tidak mendukung ibu dalam melakukan pemeriksaan ANC Hal ini dikarenakan suami faktor ekonomi dan kurangnya pengetahuan suami sehingga tidak begitu memperhatikan istri dalam memberikan dukungan antenatal care.
Semakin tinggi status pekerjaan seseorang maka pengetahuan yang dimiliki semakin baik (Ramdani, 2009). Suami selalu berharap akan keselamatan ibu dan bayinya saat kelahiran nanti, pengetahuan suami yang baik akan selalu mendukung istrinya dalam melakukan pemeriksaan kehamilan.
 



1 komentar: