ABSTRAK
Hubungan Antara Inisiasi Menyusu
Dini Dengan Percepatan Kala III
Di Polindes Ny. Retno
Indyahwati Desa Sedatiagung II
Kecamatan Sedati
Kabupaten Sidoarjo
Nila
Puspita Sari
Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan program yang
sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini dilakukan dengan cara
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibu dan membiarkan bayi merayap untuk
menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Sedangkan pada proses percepatan kala
III persalinan, pengisapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pelepasan
hormon oksitosin.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dan jumlah sampelnya sebanyak 26
responden, penelitian ini terdiri dari variabel bebas (inisiasi menyusu dini)
dan variabel terikat (percepatan kala III). Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi dengan analisa data menggunakan uji statistik Chi – Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian
ibu melakukan IMD sebanyak 15 responden (57,7%) dan ibu yang tidak melakukan
IMD sebanyak 11 responden (42,3%). Sedangkan ibu yang mengalami percepatan kala
III sebanyak 14 responden (53,8%) dan ibu yang mengalami perlambatan kala III
sebanyak 12 responden (46,2%). Sedangkan untuk hasil uji Chi-square didapatkan
sebesar 15,45.
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III. Disarankan
bagi para ibu untuk meningkatkan pengetahuan atau informasi tentang
pentingnya inisiasi menyusu dini bagi
ibu maupun bayi. Serta bagi para petugas kesehatan khususnya bidan hendaknya
lebih memperhatikan program Inisiasi Menyusu Dini.
Kata Kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Percepatan Kala III
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD
merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini
dilakukan dengan cara meletakkan bayi
yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan
puting susu ibu untuk menyusu (Admin, 2010) Proses penting yang terjadi adalah
bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, bertujuan untuk merangsang
supaya Air Susu Ibu (ASI) segera berproduksi dan bisa keluar. Pada kala III persalinan, pengisapan bayi
pada payudara ibu merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu
involusi uterus dan membantu mengendalikan perdarahan dan membantu percepatan
kala III (Wardani, 2010).
|
|
Menurut Suari (2010) pada bayi sehat, langkah awal yang dilakukan setelah
proses persalinan berlangsung adalah inisiasi menyusu dini dengan cara
mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi dan kemudian meletakkannya di atas
tubuh ibu. Kontak yang sesegera mungkin akan mengurangi perdarahan pada ibu dan
menstabilkan suhu bayi. Dengan memposisikan bayi di perut ibu, bayi yang sehat
akan segera merayap ke atas menuju puting payudara itu. Inisiasi Menyusui Dini pada
kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban (Wordpress, 2010). Pada kala III persalinan pengisapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu
involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan sehingga mempercepat
selesainya kala III persalinan (Wardani, 2010). Dampak tidak dilakukannya
Inisiasi Menyusui Dini pada bayi adalah terjadinya kegagalan menyusui sehingga
bayi tidak mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk menurunkan angka kematian
bayi. Disamping itu risiko tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini pada bayi
adalah terjadinya kematian di jam pertama kelahirannya karena bayi tidak bisa
menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Pada ibu, tidak dilakukannya
Inisiasi Menyusui Dini berdampak terhadap prolong kala III persalinan sehingga
dimungkinkan terjadinya resiko perdarahan, kelainan mengejan dan lain – lain
(Suari, 2010).
Bidan
sebagai tenaga kesehatan hendaknya bisa memberikan bimbingan ketika persalinan
berlangsung. Bimbingan itu bisa dengan menganjurkan untuk melakukan inisiasi
menyusui dini, dan membantu melakukannya seperti dengan mendekatkan bayi ke
pelukan ibu dan memberikan pemahaman kepada ibu tentang pentingnya Inisiasi
Menyusui Dini. Selain itu secara berkala bidan diharapkan menitikberatkan
penyuluhan kesehatan kepada konseling tentang pentingnya inisiasi menyusui
dini.
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimana hubungan antara inisiasi menyusui dini
dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi
inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati
Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo
2.
Mengidentifikasi
percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo.
3.
Menganalisis hubungan
antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati
Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi responden
Dapat memberikan informasi kepada ibu paspartum
tentang pentingnya inisiasi menyusui dini dalam proses percepatan kala III.
1.4.2
Bagi peneliti
Sebagai media belajar dalam menerapkan
ilmu dan teori yang didapatkan selama kuliah ke dalam praktik penelitian
sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman terutama berkaitan dengan pentingnya
inisiasi menyusui dini dalam proses percepatan kala III.
1.4.3
Bagi profesi kebidanan
Sebagai acuan dalam memberikan konseling pada ibu postpartum tentang
pentingnya inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III. Konseling tentang inisiasi
menyusui dini dengan percepatan kala III bisa dilakukan melalui penyuluhan atau penyebaran leaflet
1.4.4 Bagi
penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan
penelitian lebih lanjut dalam melakukan IMD dengan benar. Sehingga proses
percepatan kala III, khususnya di
wilayah kerja Polindes Ny.Retno Indyahwati dapat lebih ditingkatkan dan
dikembangkan sesuai standart asuhan kebidanan.
1.5 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini dibatasi hanya pada bagaimana
hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo. Sedangkan
faktor lain yang tidak diteliti
adalah sikap dan pengetahuan ibu postpartum tentang inisiasi menyusui dini.
BAB
4
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran
Lokasi Penelitian
Adapun
batas-batas wilayah Polindes
Ny . Retno Indyahwati Desa
Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut :
Utara : Desa Bono
Selatan
: Desa Betro
Barat : Desa Semambung
Timur : Desa
Cemandi
Di Polindes Ny.
Retno Indyahwati melayani KIA, KB dan memiliki ruang periksa, ruang tunggu,
ruang bersalin, ruang nifas dan kamar mandi.
4.2 Hasil
Penelitian
4.2.1
Data Umum
4.2.1.1
Distribusi Responden berdasarkan umur
Sumber
: Data Primer, 2010
Gambar 4.1 Distribusi
responden berdasarkan umur di Polindes
Ny . Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten
Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar usia responden adalah umur 22-24 sebanyak (27%).
4.2.1.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
Sumber
: Data Primer, 2010
Gambar 4.2 Distribusi responden berdasarkan
pendidikan di Polindes Ny . Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar 10 responden (38,5%)
berpendidikan terakhir SMA.
4.2.1.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
Sumber
: Data Primer, 2010
Gambar 4.3 Distribusi
responden berdasarkan pekerjaan di Polindes
Ny . Retno Indyahwati Desa
Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar 16 responden (61,5%)
pekerjaannya swasta.
4.2.1.4 Distribusi responden berdasarkan paritas
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.4 Distribusi responden berdasarkan
paritas di Polindes Ny . Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.4 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden hampir sebagian 15 responden (57,7%) primipara.
4.2.1.5 Distribusi responden berdasarkan jenis
persalinan
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.5 Distribusi responden berdasarkan
Jenis Persalinan di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.5 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden seluruhnya (100%) jenis persalinannya
spontan.
4.2.3 Data Khusus
4.2.2.1 Distribusi responden berdasarkan Inisiasi
Menyusu Dini
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.6 Distribusi responden berdasarkan
melakukan Inisiasi Menyusu Dini di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa
Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September
2010.
Berdasarkan Gambar 4.6 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar (57,7%) melakukan Inisiasi
Menyusu Dini.
4.2.2.2 Distribusi Responden berdasarkan proses
percepatan kala III
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.7 Distribusi responden berdasarkan
proses percepatan kala III di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II
Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat
dijelaskan bahwa dari 26 responden hampir sebagian (53,8%) mengalami percepatan
kala III.
4.2.2.3 Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan
Percepatan kala III
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan
Inisiasi Menyusu Dini dengan proses percepatan kala III di Polindes Ny. Retno
Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan
Agustus-September 2010.
IMD
|
Proses
Percepatan Kala III
|
||||||
|
Cepat
|
Lambat
|
Total
|
||||
|
∑
|
%
|
∑
|
%
|
∑
|
%
|
|
Dilakukan
|
13
|
50
|
2
|
7,7
|
15
|
57,7
|
|
Tidak dilakukan
|
1
|
3,8
|
10
|
38,5
|
11
|
42,3
|
|
Total
|
14
|
53,8
|
12
|
46,2
|
26
|
100
|
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 4.1
menunjukkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan
kala III sebanyak 13 responden (50%) dan yang melakukan inisiasi menyusu dini
mengalami perlambatan kala III sebanyak 2 responden (7,7%). Sedangkan yang
tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 1
responden (3,8%) dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami
perlambatan kala III sebanyak 10 responden (38,5%).
4.2.3
Analisa Data
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan X2
hitung sebesar 15,92 sedangkan X2 tabel Chi-Square
dengan df (1) sebesar 3,84 Jadi didapatkan hasil X2 hitung lebih besar dari X2 tabel Chi-Square maka hipotesis nol (Ho)
ditolak dan (H1) diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara inisiasi
menyusu dini dengan percepatan kala III.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan lembar observasi dari 26 responden yang menjadi sampel penelitian,
maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan inisiasi menyusu
dini sebanyak 15 responden (57,7%) (Gambar 4.6). Sedangkan responden yang tidak
melaukan inisiasi menyusu dini sebanyak 11 responden (42,3%).
Hal ini disebabkan karena ibu bisa
menerima dan mau melakukan inisiasi menyusu dini, selain itu juga disebabkan
oleh apgar skor bayi yang kurang. Keberhasilan inisiasi menyusu dini
dipengaruhi oleh beberapa factor internal dan eksternal meliputi factor
internal diantaranya usia bayi baru lahir, bayi sakit, fungsi fisiologis,
aktivitas bayi baru lahir, genetik dan factor eksternal meliputi sentuhan kulit
dan rangsangan, rawat gabung, perawatan medis, naluri bayi. Pelaksanaan
inisiasi dini merupakan hal baru di masyarakat sehingga tidak semua ibu dapat
menerima dan mau melaksanakannya.
Inisiasi menyusu dini adalah dengan
meletakkan bayi baru lahir di atas perut atau dada ibu. Dalam waktu hampir 1
jam, bayi akan mulai bergerak mencari putting susu ibu dan mulai menyusu sendiri
(Sugeng, 2007). Menurut Rulina (2007) beberapa tips yang perlu diperhatikan
dalam mempersiapkan ibu secara psikologi adalah dengan membicarakan pada suami
karena dukunganya sangat penting, konsultasikan dengan dokter ahli kandungan
dan kebidanan untuk membantu proses inisiasi menyusu dini, pilih rumah sakit
atau fasilitas pelayanan yang mendukung pemberian ASI. Dipertegas lagi menurut Purwanto (2009) perilaku manusia berasal dari sikap yang ada dalam
diri maupun luar individu tersebut, sedangkan sikap merupakan usaha untuk
memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan kata lain bahwa
perilaku dipengaruhi oleh sikap baik yang berasal dari luar maupun dari dalam
individu.
Oleh karena itu
kita harus memberikan sikap yang positif pada setiap informasi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini.
Peran penolong dalampersalinan juga penting terhadap keberhasilan inisiasi
menyusui dini, diman seorang penolong harus bersabar karena keberhasilan
inisiasi menyusu dini membutuhkan waktu maksimal 1 jam setelah bayi lahir. Sebaiknya
tenaga kesehatan khususnya bidan juga sering memberikan penyuluhan atau
informasi tentang inisiasi menyusui dini.
4.3.2
Percepatan Kala III
Berdasarkan hasil penelitian dengan
lembar observasi dari 26 responden yang menjadi sampel dalam peneliyian ini,
maka dapat diketahui bahwa dari sebagian responden mengalami proses percepatan
kala III sebanyak 14 responden (53,8%), sedangkan responden yang mengalami
perlambatan proses kala III sebanyak 12 responden (46,2%) (Gambar 4.7).
Hal ini disebabkan karena sebagian
ibu sudah mau melakukan inisiasi menyusu dini. Secara normal plasenta akan
keluar dengan sendirinya setelah bayi lahir, hal ini karena hormon progesterone
yang lama-kelamaan menurun jumlahnya sehingga mengaktifkan pengeluaran hormon
oksitosin dan prolactin. Pengeluaran hormon oksitosin menyebabkan rahim
berkontraksi dan berusaha melepaskan plasenta yang masih melekat pada dinding
Rahim, secara normal hal tersebut berlangsung selama 15 menit. Pengeluaran
plasenta yang tidak lancar disebabkan oleh umur ibu > 35 tahun (risiko
tinggi) yang bisa menyebabkan kontraksi rahim lemah. Selain umur ibu yang berisiko
tinggi juga disebabakan karena pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang kurang
tepat, yaitu karena takut kedinginan bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut
bayi. Padahal tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut
ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu, kemudian ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas
dari kepala.
Pada dasarnya setelah bayi lahir
seharusnya dilakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam sehingga
memudahkan proses percepatan kala III. Dimana proses percepatan kala III
persalinan pengisapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pelepasan hormon
oksitosin sehingga membantu involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan
dan membantu proses percepatan kala III (Wardani, 2008). Pada kontraksi rahim
yang efektif, dapat memperpendek waktu proses persalinan kala III dan
mengurangi kehilangan darah bibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis maka
dilakukan langkah manajemen aktif kala III dengan pemberian suntikan oksitosin
10 IU/IM dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir (Sarwono, 2005).
Oleh karena itu percepatan kala III
pada persalinan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pemberian oksitosin segera,
pengendalian tarikan pada tali pusat, pemijatan uterus dengan segera setalah
plasenta lahir, inisiasi menyusu dini, serta saat ibu merasa cemas dan bahagia
karena telah dapat melahirkan anaknya, manun perut ibu masih terasa mules dan
nyeri pada vagina.
4.3.3
Hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III
Berdasarkan hasil analisa diatas hasil uji Chi-Square dengan taraf signifikan 0,05
didapatkan X2 hitung sebesar 15,92 sedangkan X2 tabel Chi-Square
dengan df (1) sebesar 3,84 Jadi didapatkan hasil X2 hitung lebih besar dari X2 tabel Chi-Square maka hipotesis nol (Ho)
ditolak dan (H1) diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara inisiasi
menyusu dini dengan percepatan kala III.
Berdasarkan Tabel 4.1
menunjukkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan
kala III sebanyak 13 responden (50%) dan yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami
perlambatan kala III sebanyak 2 responden (7,7%). Sedangkan yang tidak
melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 1
responden (3,8%) dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami
perlambatan kala III sebanyak 10 responden (38,5%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan inisiasi menyusu
dini dapat mempercepat proses kala III. Karena proses inisiasi menyusu dini
tersebut berlangsung, terjadi pembentukan hormon oksitosin yang membantu otot
rahim berkontraksi dan mengurangi perdarahan. Banyak sekali alasan mengapa
sebagian besar ibu tidak melaiukan inisiasi menyusu dini, ini dikarenakan
sedikitnya informasi pada tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu
dini. Bagi sebagian masyarakat inisiasi menyusu dini dianggap barang aneh
sehingga sulit untuk dapat menemui inisiasi menyusu dini yang sesuai prosedur
yang talah ada.
Hormon oksitosin juga membantu payudara untuk mengeluarkan
kolostrum yang banyak mengandung antibody, vitamin A, dan beberapa faktor
pendukung. Oleh karena itu, kolostrum dikenal dengan istilah pemberi imunisasi
awal (Rulina, 2007). Pada dasarnya semua petugas kesehatan tahu dan mengerti
arti dan manfaat dari inisiasi menyusu dini. Akan tetapi hal tersebut sering
kali tidak diterapkan atau tidak dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun manfaat
dari inisiasi menyusu dini yakni mempererat hubungan atau ikatan antara ibu dan
anak dan memperlancar atau mempercepat proses kala III (Utami, 2008). Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini
tidak selalu mengalami percepatan kala III maupun sebaliknya ibu yang tidak
melakukan inisiasi menyusu dini akan mengalami perlambatan kala III. Adapun
patofisiologi dari inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III sebagai
berikut bayi yang menyentuh dada ibu akan membuat ibu mendapatkan rangsangan
sensorik yang kemudian memerintah otak umtuk memproduksi hormon oksitosin dan
prolaktin untuk memacu kontraksi rahim. Kontraksi rahim kemudian menjepit
pembuluh darah uterus sehingga terjadi pelepasan plasenta dari dinding rahim
dan menghentikan perdarahan di rahim. Sehingga kematian ibu karena perdarahan
akan berkurang (Miol , 2007).
Hal itu dikarenakan beberapa faktor di antaranya pemberian
oksitosin segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, pemijatan uterus dengan
segera setalah plasenta lahir, inisiasi menyusu dini, serta saat ibu merasa
cemas dan bahagia karena telah dapat melahirkan anaknya, manun perut ibu masih
terasa mules dan nyeri pada vagina.
BAB 5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar responden sebanyak 15 (57,7%) melakukan inisiasi
menyusu dini.
2. Sebagian besar responden yang mengalami proses percepatan
kala III sebanyak 14 (53,8%).
3. Ada hubungan yang
signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan
percepatan kala III.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi responden
Responden diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
inisiasi menyusu dini baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga
para ibu mau ikut serta dalam program yang saat ini sedang gencar dilakukan
oleh pemerintah tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
5.2.2 Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan baru untuk menambah kepustakaan
tentang pentingnya inisiasi menyusu dini agar mempercepat proses kala III dan
juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diteliti secara luas dan mendalam.
5.2.3 Bagi profesi kebidanan
Dengan hasil penelitian diharapkan bidan dapat meningkatkan
kinerjanya dalam mensosialisasikan tentang pentingnya melakukan inisiasi menyusu
dini yang dapat mempengaruhi proses percepatn kala III dan banyak menambah
pengetahuan ibu.
5.3.4 Bagi penelitian selanjutnya
Perlu dikembangkan penelitian yang lebih lanjut tentang
faktor-faktor inisiasi menyusu dini yang dapat mempengaruhi proses percepatan
kala III dengan menggunakan sampel yang lebih besar agar data-data yang
diperoleh lebih prestatif.
bab 2 nya mna gan?
BalasHapus