Minggu, 23 Juni 2013

Hubungan Antara Inisiasi Menyusu Dini Dengan Percepatan Kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo


ABSTRAK

Hubungan Antara Inisiasi Menyusu Dini Dengan Percepatan Kala III
Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II
Kecamatan Sedati Kabupaten  Sidoarjo


Nila Puspita Sari


Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini dilakukan dengan cara meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibu dan membiarkan bayi merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. Sedangkan pada proses percepatan kala III persalinan, pengisapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling  dan jumlah sampelnya sebanyak 26 responden, penelitian ini terdiri dari variabel bebas (inisiasi menyusu dini) dan variabel terikat (percepatan kala III). Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dengan analisa data menggunakan uji statistik Chi – Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sebagian ibu melakukan IMD sebanyak 15 responden (57,7%) dan ibu yang tidak melakukan IMD sebanyak 11 responden (42,3%). Sedangkan ibu yang mengalami percepatan kala III sebanyak 14 responden (53,8%) dan ibu yang mengalami perlambatan kala III sebanyak 12 responden (46,2%). Sedangkan untuk hasil uji Chi-square didapatkan  sebesar 15,45.
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III. Disarankan bagi para ibu untuk meningkatkan pengetahuan atau informasi tentang pentingnya  inisiasi menyusu dini bagi ibu maupun bayi. Serta bagi para petugas kesehatan khususnya bidan hendaknya lebih memperhatikan program Inisiasi Menyusu Dini.

Kata Kunci :  Inisiasi Menyusu Dini, Percepatan Kala III
 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Program ini dilakukan dengan cara  meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu (Admin, 2010) Proses penting yang terjadi adalah bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, bertujuan untuk merangsang supaya Air Susu Ibu (ASI) segera berproduksi dan bisa keluar. Pada kala III persalinan, pengisapan bayi pada payudara ibu merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan perdarahan dan membantu percepatan kala III (Wardani, 2010).
1
 
1
 
Data WHO 2009 menunjukkan bahwa pada tiap 5 ibu bersalin terdapat 4 ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusui dini mengalami prolog kala III persalinan (Efendi, 2010). Di Indonesia, kala III persalinan sering menjadi momok tersendiri. Pada tahun 2009 Terdapat 74 kasus dari tiap 100 kasus persalinan dengan prolong kala III persalinan. Rata – rata kasus tersebut disebabkan karena ibu bersalin tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo kejadian persalinan dengan prolong kala III persalinan masih mendominasi kasus persalinan. Setidaknya dari tiap 100 persalinan terdapat 65% ibu bersalin dengan prolong kala III persalinan. Salah satu sebabnya adalah tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini pada bayi baru lahir. Fenomena di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo menunjukkan bahwa pada 27 April 2010 terdapat 20 persalinan. Dari data tersebut terdapat 12  ibu bersalin yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui dini dan 8 ibu bersalin yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Sedangkan  untuk ibu bersalin kala III yang mengalami percepatan hanya 10 ibu, untuk ibu bersalin kala III yang melahirkan placenta secara normal ada 9 1bu dan yang mengalami perlamaan hanya 1 ibu saja.
Menurut Suari (2010) pada bayi sehat, langkah awal yang dilakukan setelah proses persalinan berlangsung adalah inisiasi menyusu dini dengan cara mengeringkan dan membersihkan tubuh bayi dan kemudian meletakkannya di atas tubuh ibu. Kontak yang sesegera mungkin akan mengurangi perdarahan pada ibu dan menstabilkan suhu bayi. Dengan memposisikan bayi di perut ibu, bayi yang sehat akan segera merayap ke atas menuju puting payudara itu. Inisiasi Menyusui Dini pada kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wordpress, 2010). Pada kala III persalinan pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan sehingga mempercepat selesainya kala III persalinan (Wardani, 2010). Dampak tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini pada bayi adalah terjadinya kegagalan menyusui sehingga bayi tidak mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk menurunkan angka kematian bayi. Disamping itu risiko tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini pada bayi adalah terjadinya kematian di jam pertama kelahirannya karena bayi tidak bisa menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Pada ibu, tidak dilakukannya Inisiasi Menyusui Dini berdampak terhadap prolong kala III persalinan sehingga dimungkinkan terjadinya resiko perdarahan, kelainan mengejan dan lain – lain (Suari, 2010).
Bidan sebagai tenaga kesehatan hendaknya bisa memberikan bimbingan ketika persalinan berlangsung. Bimbingan itu bisa dengan menganjurkan untuk melakukan inisiasi menyusui dini, dan membantu melakukannya seperti dengan mendekatkan bayi ke pelukan ibu dan memberikan pemahaman kepada ibu tentang pentingnya Inisiasi Menyusui Dini. Selain itu secara berkala bidan diharapkan menitikberatkan penyuluhan kesehatan kepada konseling tentang pentingnya inisiasi menyusui dini.

1.2  Rumusan Masalah
    Bagaimana hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo.
 1.3.2 Tujuan Khusus
1.     Mengidentifikasi inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo
2.     Mengidentifikasi percepatan kala III Di Polindes  Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo.
3.     Menganalisis hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo



1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi responden
 Dapat memberikan informasi kepada ibu paspartum tentang pentingnya inisiasi menyusui dini dalam proses percepatan kala III.
1.4.2 Bagi peneliti
Sebagai media belajar dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapatkan selama kuliah ke dalam praktik penelitian sehingga dapat menambah pengetahuan dan pengalaman terutama berkaitan dengan pentingnya inisiasi menyusui dini dalam proses percepatan kala III.
1.4.3 Bagi profesi kebidanan
 Sebagai acuan dalam memberikan konseling pada ibu postpartum tentang pentingnya inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III. Konseling tentang inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III bisa dilakukan melalui penyuluhan atau penyebaran leaflet
1.4.4 Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian lebih lanjut dalam melakukan IMD dengan benar. Sehingga proses percepatan kala III,     khususnya di wilayah kerja Polindes Ny.Retno Indyahwati dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan sesuai standart asuhan kebidanan.
1.5 Batasan Penelitian
 Pada penelitian ini dibatasi hanya pada bagaimana hubungan antara inisiasi menyusui dini dengan percepatan kala III Di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati kabupaten Sidoarjo. Sedangkan faktor lain yang tidak diteliti adalah sikap dan pengetahuan ibu postpartum tentang inisiasi menyusui dini.

BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Adapun batas-batas wilayah Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut :
Utara    : Desa Bono
Selatan : Desa Betro
Barat    : Desa Semambung
Timur   : Desa Cemandi
Di Polindes Ny. Retno Indyahwati melayani KIA, KB dan memiliki ruang periksa, ruang tunggu, ruang bersalin, ruang nifas dan kamar mandi.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Data Umum                                                                                                                             
4.2.1.1 Distribusi Responden berdasarkan umur
 
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.1    Distribusi responden berdasarkan umur di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa  Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah umur 22-24 sebanyak (27%).

4.2.1.2 Distribusi responden berdasarkan Pendidikan
 
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.2    Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar 10 responden (38,5%) berpendidikan terakhir SMA.
4.2.1.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
 
Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar 16 responden (61,5%) pekerjaannya swasta.
4.2.1.4 Distribusi responden berdasarkan paritas
 Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.4    Distribusi responden berdasarkan paritas di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden hampir sebagian 15 responden  (57,7%) primipara.
4.2.1.5 Distribusi responden berdasarkan jenis persalinan
 Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.5    Distribusi responden berdasarkan Jenis Persalinan di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.5 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden seluruhnya (100%) jenis persalinannya spontan.
4.2.3 Data Khusus
4.2.2.1 Distribusi responden berdasarkan Inisiasi Menyusu Dini
 Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.6    Distribusi responden berdasarkan melakukan Inisiasi Menyusu Dini di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden sebagian besar (57,7%) melakukan Inisiasi Menyusu Dini.
4.2.2.2 Distribusi Responden berdasarkan proses percepatan kala III
 Sumber : Data Primer, 2010
Gambar 4.7    Distribusi responden berdasarkan proses percepatan kala III di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dijelaskan bahwa dari 26 responden hampir sebagian (53,8%) mengalami percepatan kala III.
4.2.2.3 Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Percepatan kala III
Tabel 4.1     Distribusi responden berdasarkan Inisiasi Menyusu Dini dengan proses percepatan kala III di Polindes Ny. Retno Indyahwati Desa Sedatiagung II Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo bulan Agustus-September 2010.
IMD
Proses Percepatan Kala III

Cepat
Lambat
Total

%
%
%
Dilakukan
13
50
2
7,7
15
57,7
Tidak dilakukan
1
3,8
10
38,5
11
42,3
Total
14
53,8
12
46,2
26
100
Sumber : Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 13 responden (50%) dan yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami perlambatan kala III sebanyak 2 responden (7,7%). Sedangkan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 1 responden (3,8%) dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami perlambatan kala III sebanyak 10 responden (38,5%).
4.2.3 Analisa Data
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan X2 hitung sebesar 15,92 sedangkan X2 tabel  Chi-Square dengan df (1) sebesar 3,84 Jadi didapatkan hasil X2  hitung lebih besar dari X2 tabel Chi-Square maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan (H1) diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III.


4.3 Pembahasan
4.3.1 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan lembar observasi dari 26 responden yang menjadi sampel penelitian, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan inisiasi menyusu dini sebanyak 15 responden (57,7%) (Gambar 4.6). Sedangkan responden yang tidak melaukan inisiasi menyusu dini sebanyak 11 responden (42,3%).
Hal ini disebabkan karena ibu bisa menerima dan mau melakukan inisiasi menyusu dini, selain itu juga disebabkan oleh apgar skor bayi yang kurang. Keberhasilan inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa factor internal dan eksternal meliputi factor internal diantaranya usia bayi baru lahir, bayi sakit, fungsi fisiologis, aktivitas bayi baru lahir, genetik dan factor eksternal meliputi sentuhan kulit dan rangsangan, rawat gabung, perawatan medis, naluri bayi. Pelaksanaan inisiasi dini merupakan hal baru di masyarakat sehingga tidak semua ibu dapat menerima dan mau melaksanakannya.
Inisiasi menyusu dini adalah dengan meletakkan bayi baru lahir di atas perut atau dada ibu. Dalam waktu hampir 1 jam, bayi akan mulai bergerak mencari putting susu ibu dan mulai menyusu sendiri (Sugeng, 2007). Menurut Rulina (2007) beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan ibu secara psikologi adalah dengan membicarakan pada suami karena dukunganya sangat penting, konsultasikan dengan dokter ahli kandungan dan kebidanan untuk membantu proses inisiasi menyusu dini, pilih rumah sakit atau fasilitas pelayanan yang mendukung pemberian ASI. Dipertegas lagi menurut Purwanto (2009) perilaku manusia berasal dari sikap yang ada dalam diri maupun luar individu tersebut, sedangkan sikap merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia atau dengan kata lain bahwa perilaku dipengaruhi oleh sikap baik yang berasal dari luar maupun dari dalam individu.
Oleh karena itu kita harus memberikan sikap yang positif pada setiap informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Peran penolong dalampersalinan juga penting terhadap keberhasilan inisiasi menyusui dini, diman seorang penolong harus bersabar karena keberhasilan inisiasi menyusu dini membutuhkan waktu maksimal 1 jam setelah bayi lahir. Sebaiknya tenaga kesehatan khususnya bidan juga sering memberikan penyuluhan atau informasi tentang inisiasi menyusui dini.
4.3.2 Percepatan Kala III
Berdasarkan hasil penelitian dengan lembar observasi dari 26 responden yang menjadi sampel dalam peneliyian ini, maka dapat diketahui bahwa dari sebagian responden mengalami proses percepatan kala III sebanyak 14 responden (53,8%), sedangkan responden yang mengalami perlambatan proses kala III sebanyak 12 responden (46,2%) (Gambar 4.7).
Hal ini disebabkan karena sebagian ibu sudah mau melakukan inisiasi menyusu dini. Secara normal plasenta akan keluar dengan sendirinya setelah bayi lahir, hal ini karena hormon progesterone yang lama-kelamaan menurun jumlahnya sehingga mengaktifkan pengeluaran hormon oksitosin dan prolactin. Pengeluaran hormon oksitosin menyebabkan rahim berkontraksi dan berusaha melepaskan plasenta yang masih melekat pada dinding Rahim, secara normal hal tersebut berlangsung selama 15 menit. Pengeluaran plasenta yang tidak lancar disebabkan oleh umur ibu > 35 tahun (risiko tinggi) yang bisa menyebabkan kontraksi rahim lemah. Selain umur ibu yang berisiko tinggi juga disebabakan karena pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang kurang tepat, yaitu karena takut kedinginan bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi. Padahal tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu, kemudian ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepala.
Pada dasarnya setelah bayi lahir seharusnya dilakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1 jam sehingga memudahkan proses percepatan kala III. Dimana proses percepatan kala III persalinan pengisapan bayi pada payudara ibu dapat merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan dan membantu proses percepatan kala III (Wardani, 2008). Pada kontraksi rahim yang efektif, dapat memperpendek waktu proses persalinan kala III dan mengurangi kehilangan darah bibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis maka dilakukan langkah manajemen aktif kala III dengan pemberian suntikan oksitosin 10 IU/IM dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir (Sarwono, 2005).
Oleh karena itu percepatan kala III pada persalinan di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pemberian oksitosin segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, pemijatan uterus dengan segera setalah plasenta lahir, inisiasi menyusu dini, serta saat ibu merasa cemas dan bahagia karena telah dapat melahirkan anaknya, manun perut ibu masih terasa mules dan nyeri pada vagina.
4.3.3 Hubungan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III
Berdasarkan hasil analisa diatas hasil uji Chi-Square dengan taraf signifikan 0,05 didapatkan X2 hitung sebesar 15,92 sedangkan X2 tabel  Chi-Square dengan df (1) sebesar 3,84 Jadi didapatkan hasil X2  hitung lebih besar dari X2 tabel Chi-Square maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan (H1) diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III.
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 13 responden (50%) dan yang melakukan inisiasi menyusu dini mengalami perlambatan kala III sebanyak 2 responden (7,7%). Sedangkan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami percepatan kala III sebanyak 1 responden (3,8%) dan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini mengalami perlambatan kala III sebanyak 10 responden (38,5%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat mempercepat proses kala III. Karena proses inisiasi menyusu dini tersebut berlangsung, terjadi pembentukan hormon oksitosin yang membantu otot rahim berkontraksi dan mengurangi perdarahan. Banyak sekali alasan mengapa sebagian besar ibu tidak melaiukan inisiasi menyusu dini, ini dikarenakan sedikitnya informasi pada tenaga kesehatan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Bagi sebagian masyarakat inisiasi menyusu dini dianggap barang aneh sehingga sulit untuk dapat menemui inisiasi menyusu dini yang sesuai prosedur yang talah ada.
Hormon oksitosin juga membantu payudara untuk mengeluarkan kolostrum yang banyak mengandung antibody, vitamin A, dan beberapa faktor pendukung. Oleh karena itu, kolostrum dikenal dengan istilah pemberi imunisasi awal (Rulina, 2007). Pada dasarnya semua petugas kesehatan tahu dan mengerti arti dan manfaat dari inisiasi menyusu dini. Akan tetapi hal tersebut sering kali tidak diterapkan atau tidak dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun manfaat dari inisiasi menyusu dini yakni mempererat hubungan atau ikatan antara ibu dan anak dan memperlancar atau mempercepat proses kala III (Utami, 2008). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini tidak selalu mengalami percepatan kala III maupun sebaliknya ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini akan mengalami perlambatan kala III. Adapun patofisiologi dari inisiasi menyusu dini dengan percepatan kala III sebagai berikut bayi yang menyentuh dada ibu akan membuat ibu mendapatkan rangsangan sensorik yang kemudian memerintah otak umtuk memproduksi hormon oksitosin dan prolaktin untuk memacu kontraksi rahim. Kontraksi rahim kemudian menjepit pembuluh darah uterus sehingga terjadi pelepasan plasenta dari dinding rahim dan menghentikan perdarahan di rahim. Sehingga kematian ibu karena perdarahan akan berkurang (Miol , 2007).
Hal itu dikarenakan beberapa faktor di antaranya pemberian oksitosin segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, pemijatan uterus dengan segera setalah plasenta lahir, inisiasi menyusu dini, serta saat ibu merasa cemas dan bahagia karena telah dapat melahirkan anaknya, manun perut ibu masih terasa mules dan nyeri pada vagina.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1.  Sebagian besar  responden sebanyak 15 (57,7%) melakukan inisiasi
menyusu dini.
2.  Sebagian besar responden yang mengalami proses percepatan kala III sebanyak 14 (53,8%).
3.  Ada hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan
percepatan kala III.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi responden
Responden diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini baik melalui media massa maupun media elektronik sehingga para ibu mau ikut serta dalam program yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh pemerintah tentang pentingnya inisiasi menyusu dini dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
5.2.2 Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan baru untuk menambah kepustakaan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini agar mempercepat proses kala III dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diteliti secara luas dan mendalam.
5.2.3 Bagi profesi kebidanan
Dengan hasil penelitian diharapkan bidan dapat meningkatkan kinerjanya dalam mensosialisasikan tentang pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini yang dapat mempengaruhi proses percepatn kala III dan banyak menambah pengetahuan ibu.
5.3.4 Bagi penelitian selanjutnya
Perlu dikembangkan penelitian yang lebih lanjut tentang faktor-faktor inisiasi menyusu dini yang dapat mempengaruhi proses percepatan kala III dengan menggunakan sampel yang lebih besar agar data-data yang diperoleh lebih prestatif.














 


1 komentar: