ABSTRACT
CORRELATION STUDY OF NUTRITIONAL STATUS WITH ASPECTS OF
LANGUAGE DEVELOPMENT IN CHILDREN AGES 4-6 MONTHS
IN POLINDES PURWOJATI SUBDISTRICT
NGORO MOJOKERTO
AGNES AYU PRATIWI
Nutritional status is a state of the
body as a result of food consumption and utilization of nutrients. Children 4-6
months of age is the age of a vulnerable time for mothers to give solid food to
the child, at which age the baby's digestive is not ready for solid food so
that the absorption of nutrients impaired and cause growth retardation . Where
physical growth is the basis of the progress of development. The purpose of
this study was to determine whether there is a correlation with the nutritional
status of the language development of children aged 4-6 months.
This research uses
analytic calculation of Spearman Rank. The population was all children aged 4-6
months in Polindes Purwojati Subdistrict Ngoro Mojokerto many as 30 children
with the overall sample of the population that is 30 respondents. Sampling
using total sampling.
From the research
conducted, showed the nutritional status of children aged 4-6 months the
nutritional status obest 3%, 54% good nutritional status, medium nutritional
status 20%, 13% less nutritional status, poor nutritional status of 10%. While
the development of the language obtained results are normal development 57%,
suspect 20%, 23% untestable.
Spearman rank test
results found that rhoxy count = 0.989> Spearman rho = 0.364 so H0 is
rejected and H1 accepted.
In this study it
can be concluded that there is a correlation among nutritional status of
the language development of children aged 4-6 months in polindes Purwojati
subdistric Ngoro Mojokerto . Efforts to overcome the problem of nutritional
status and child language development needs to be considered in accordance with
the nutrition and parenting needs of both parents.
Keywords:
infant nutrition, nutritional status of children 4-6 months, language
development
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Upaya
peningkatan status gizi untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas
pada hakikatnya harus dimulai sedini mungkin, yaitu sejak manusia itu dalam
kandungan. Pada bayi dan anak, kurang gizi akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak yang apabila tidak diatasi secara
dini akan berlanjut hingga dewasa. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif
membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih
dari 6 bulan. Sebelum mampu berbicara
umumnya anak memiliki perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang
bersifat sederhana kemudian berkembang secara komplek dan mengandung arti. Misalnya seorang anak
menangis (crying), mendekut (cooing), mengoceh (babling), kemudian ia akan menirukan kata-kata yang didengar dari
orang tua atau lingkungan sekitarnya (papalia, 2004/www.episentrum.com). Usia
4-6 bulan adalah tahap bayi mengenali suaranya sendiri. Ia akan mengeluarkan
suara-suara barunya saat berceloteh, karena pada tahap itu, dia membuat suara
untuk kesenangannya sendiri sambil mencoba mengenalinya. Walau ia belum bisa
menyebut ‘ma’ atau ‘pa’ dan belum bisa diajak ngobrol dengan baik, namun
berbicara dengan bayi pada tahap ini bisa membantu perkembangan bicaranya. (http://www.clubnutricia.co.id,
2009)
Studi Cocharane
terakhir telah melaporkan data keterlambatan bicara, bahasa dan gabungan
keduanya pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Prevalensi keterlambatan
perkembangan bahasa dan bicara pada anak usia 2 sampai 4,5 tahun adalah 5-8%,
prevalensi keterlambatan bahasa adalah 2,3-19%. Sebagian besar studi melaporkan
prevalensi dari 40% sampai 60%. Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa
di Indonesia belum diteliti secara luas. Kendalanya dalam menentukan kriteria
keterlambatan perkembangan berbahasa. Data di Departemen Rehabilitasi Medik
RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak
terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa (www.wordpress.com, 2009). Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan di Polindes Purwojati pada tanggal 20 april 2012,
didapatkan 10 anak usia 4-6 bulan. Dari ke 10 anak tersebut, 2 anak mengalami
keterlambatan bahasa dengan status gizi cukup dan 8 anak dengan status gizi
yang baik tidak ada masalah dengan perkembangan bahasanya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan ada 2 yaitu faktor internal (perbedaan
ras/bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, kelainan kromosom)
dan faktor eksternal/lingkungan (gizi, infeksi, toksin, psikologi ibu,
lingkungan fisis dan kimia, sosio ekonomi, stimulasi dan obat-obatan). Salah
satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak adalah nutrisi (status gizi).
Gizi merupakan modal dasar agar anak dapat mengembangkan potensi genetiknya
secara optimal. Pada anak dengan status gizi buruk cenderung mengalami gangguan
maupun keterlambatan dalam perkembangannya. Karena dalam perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya secara normal. Sedangkan menurut profil
Dinkes Magetan 2004, gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber
daya manusia. Gizi kurang tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan
kematian, tapi juga menurunkan produktivitas. Keterlambatan bahasa dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam prosesbelajar di usia sekolah. anak yang mengalami keterlambatan bicara dan
bahasa beresiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan menulis, dan
akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang serta menyeluruh, hal ini
berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya orang dewasa dengan pencapaian
akademik yang rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa akan mengalami
masalah perilaku dan penyesuaian psikososial.
Melihat sedemikian besar dampak yang timbul
akibat perkembangan bahasa anak usia prasekolah maka deteksi dini adalah
tindakan terpenting untuk menilai tingkat perkembangan anak. Asupan nutrisi
juga perlu untuk diperhatikan dikarenakan nutrisi sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan anak, maka diharapkan kepada ibu untuk memperhatikan asupan
nutrisi bayi pada 6 bulan pertama dengan memberikan ASI eksklusif untuk menunjang
perkembangan bahasa anak. Berdasarkan adanya hubungan antara status gizi dengan
perkembangan bahasa, peneliti merasa tertarik untuk meneliti keterkaitan antara
dua hal tersebut. Peneliti memandang hal tersebut penting untuk diperhatikan
lebih serius dengan harapan semua anak dapat mengembangkan kemampuan
berbicaranya secara maksimal sejak dini sehingga kualitas sumber daya manusia
bangsa ini akan menjadi lebih baik di masa mendatang.
1.2 Rumusan
Masalah
Adakah hubungan
antara status gizi dengan tingkat perkembangan aspek bahasa pada anak usia 4-6
bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tahun 2012?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dan perkembangan aspek bahasa
pada anak usia 4-6 bulan.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.
Mengidentifikasi
status gizi anak usia 4-6 bulan.
2.
Mengidentifikasi
tingkat perkembangan aspek bahasa anak usia 4-6 bulan.
3.
Menganalisis
hubungan antara status gizi dengan perkembangan aspek bahasa anak usia 4-6
bulan.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Diharapkan ibu bisa mempelajari apa yang perlu
diantisipasi saat bayi ibu tumbuh dan berkembang terutama dalam periode usia
bayi
1.4.2 Bagi
Peneliti
Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan ilmu
pengetahuan dan informasi yang diperoleh.
1.4.3 Bagi
Profesi Kebidanan
Sebagai materi edukasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
terhadap masyarakat yang memiliki bayi atau balita mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
1.4.4 Bagi
Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah referensi
dalam memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan salah satu bahan bacaan
bagi peneliti selanjutnya.
1.5 Batasan Penelitian
Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak pada
aspek bahasa, maka peneliti membatasi penelitian pada hubungan status gizi
dengan perkembangan aspek bahasa. Sedangkan faktor lainnya tidak diteliti.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian
dengan judul hubungan status gizi dengan perkembangan aspek bahasa pada anak
usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
dilaksanakan di Polindes Purwojati Desa Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto dibawah pengawasan Bidan Wiwit Mustikowati, Amd.keb di Polindes
Purwojati yang mempunyai 40 anak yang berusia 4-6 bulan.
Batas-batas
wilayah polindes Purwojati Desa Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
antara lain:
Sebelah utara : Desa Jasem
Sebelah timur : Desa Polaman
Sebelah selatan: Desa Sukojati
Sebelah barat : Dusun Sirno
4.1.2
Data Umum Ibu Responden
1. Karakteristik Ibu Responden Berdasarkan Umur
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik ibu
respondn berdasarkan umur di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.1 diatas
menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan umur dari 30 ibu responden
adalah umur 31-40 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 43%.
2. Karakteristik Ibu
Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 4.2 Distribusi
frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan tingkat pendidikan di
Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.2 di atas menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan
tingkat pendidikan dari 30 ibu responden adalah tingkat pendidikan SMP sebanyak
10 orang dengan persentase 33%.
3. Karakteristik Ibu
Responden Berdasarkan pekerjaan
Gambar 4.3 Distribusi
frekuensi karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan di Polindes Purwojati
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus
2012.
Berdasarkan gambar 4.3 di atas
menunjukkan karakteristik ibu responden berdasarkan pekerjaan dari 30 ibu
responden adalah sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 20 orang dengan persentase 67%.
4.1.3 Data Umum Anak Usia 4-6
bulan
1. Karakteristik Responden
Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Umur
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6
bulan berdasarkan umur di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten
Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.4 di atas menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan umur dari 30 responden adalah umur 4 bulan sebanyak 10 anak dengan
persentase
34%.
2. Karakteristik Responden Anak
Usia 4-6 bulan Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.5 Distribusi
frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan jenis kelamin
di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.5 di atas menunjukkan karakteristuk responden
berdasarkan jenis kelamin dari 30 responden adalah jenis kelamin Perempuan
sebanyak 16 orang dengan persentase 53%.
3. Karakteristik Responden
Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Pengasuh
Gambar 4.6 Distribusi
frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan pengasuh di
Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.6 di atas menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan pengasuh dari 30 responden sebanyak 22 anak dengan persentase 73%
diasuh oleh orang tuanya sendiri.
4. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Pemberian
Makanan Tambahan
Gambar 4.7 Distribusi
frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan pemberian
makanan tambahan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.7 di atas menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan pemberian makanan tambahan dari 30 responden sebanyak 17 anak
dengan persentase 57% diberi makanan tambahan setelah berumur > 6 bulan.
4.1.4 Data Khusus Anak Usia 4-6 bulan
1. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Status Gizi dan
Menurut BB/U
Gambar 4.8 Distribusi
frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan status gizi
dan pertumbuhan menurut BB/U di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabbupaten
Mojokerto tanggal 21-28 Agustus 2012.
Berdasarkan gambar 4.8 di atas
menunjukkan karakteristik responden berdasarkan status gizi dan pertumbuhan
menurut BB/U sebanyak 16 anak dengan persentase 54% menunjukkan status gizi
baik.
2. Karakteristik Responden Anak Usia 4-6 bulan Berdasarkan Perkembangan
Bahasa
Gambar 4.9 Distribusi
frekuensi karakteristik responden anak usia 4-6 bulan berdasarkan perkembangan
bahasa di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokertotanggal 21-28 Agustus 2012
Berdasarkan gambar 4.9 di atas menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan perkembangan bahasa dari 30 responden sebanyak 17 anak dengan
persentase 57% menunjukkan perkembangan Normal.
4.1.5 Hubungan Status Gizi
dengan Perkembangan Aspek Bahasa anak Usia 4-6 bulan
Tabel 4.1 Pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
Status
Gizi
|
Perkembangan
Bahasa
|
Total
|
||||||
Normal
|
Suspect
|
Untestable
|
||||||
Lebih
|
1
|
3 %
|
0
|
0 %
|
0
|
0 %
|
1
|
3 %
|
Baik
|
16
|
54 %
|
0
|
0 %
|
0
|
0 %
|
16
|
54 %
|
Sedang
|
0
|
0 %
|
0
|
0 %
|
6
|
20 %
|
6
|
20 %
|
Kurang
|
0
|
0 %
|
3
|
10 %
|
1
|
3 %
|
4
|
13 %
|
Buruk
|
0
|
0 %
|
3
|
10 %
|
0
|
0 %
|
3
|
10 %
|
Total
|
17
|
57 %
|
6
|
20 %
|
7
|
23 %
|
30
|
100 %
|
Dari tabel di atas
didapatkan :
∑ D = 28
∑ D2 = 48
Kemudian dimasukkan ke
dalam rumus rho spearman
Rhoxy = 1 - 6 ∑D2
N (N2-1)
= 1 - 6 (48)
30 (302-1)
= 1 - 288
30 (900-1)
= 1 - 288
30 (899)
= 1 - 288
26.970
= 1 - 0,010678
= 0,989322
= 0,989
Dari
hasil rhoxy didapatkan hasil 0,989 setelah dibandingkan pada tabel
harga rho spearman pada 30 responden, dengan interval kepercayaan 99% adalah
0,478. Jika harga kritis dari rho spearman 0,478 maka kurang dari nilai rhoxy
0,989. Jadi H0 ditolak, Hi diterima atau ada pengaruh status gizi
terhadap perkembangan bahasa anak usia 4-6 bulan di Polindes Purwojati
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Status Gizi Anak Usia 4-6 bulan
Dari
hasil penelitian
yang telah dilaksanakan terhadap
status gizi anak usia 4-6 bulan dari 30 responden didapatkan
anak dengan status gizi lebih 1 responden (3%), status gizi baik 16 responden (54%), status gizi sedang 6 responden (20%),
status gizi kurang 4 responden (13%), status gizi buruk 3 responden (10%)
(gambar 4.8). Dari data di atas sebagian besar anak usia 4-6
bulan dengan asupan gizi yang baik adalah 54%.
Hal tersebut di atas dilihat dari
lembar pemeriksaan yang dicocokkan dengan angka baku status gizi WHO-NCHS yang
dikatakan baik apabila nilainya diantara 80% - 120% dan juga penambahan yang
dicatat dalam KMS yang dikatakan baik bila garis pertumbuhannya naik mengikuti
salah satu pita warna atau garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna
di atasnya. Status gizi yang baik didapat karena pemberian ASI eksklusif kepada
bayi, dan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua.
Dengan menggunakan KMS akan mempermudah para ibu untuk
menjaga dan memperhatikan kecukupan gizi pada anaknya supaya pertumbuhan dan
perkembangannya normal (Suhardjo, 2005: 120). Status gizi anak usia 4-6 bulan
juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua karena dengan pendidikan
yang baik diharapkan dapat dengan mudah menerima informasi tentang gizi. karena semakin
tinggi pendidikan seseorang akan mempermudah dalam menerima informasi
(Notoatmodjo, 2005: 23). Pemberian
makanan yang terlalu dini atau sebelum organ pencernaan bayi siap menerima
makanan padat, akan mengganggu proses
penyerapan zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Sehingga akan mempengaruhi
status gizi bayi tersebut (Arsad, 2010).
Dalam menjaga agar
kecukupan gizi pada anak usia 4-6 bulan tetap baik adalah dengan cara tidak
merubah asupan gizi yang sudah diberikan dan harus diperhatikan dalam pemberian
makanan sesuai dengan kebutuhan pada tahapan usianya.
4.2.2
Perkembangan Bahasa Anak anak usia 4-6 bulan
Dari
penelitian yang telah dilaksanakan tentang hubungan status gizi dengan
perkembangan bahasa anak usia 4-6 bulan dari 30 responden didapatkan data tentang perkembangan
bahasa normal sebanyak 17
responden (57%), perkembangan bahasa suspect sebanyak 6
responden (20%), dan perkembangan bahasa tidak dapat diuji sebanyak
7 responden (23%) (gambar 4.9). Dari
data di atas sebagian besar anak usia 4-6 bulan dengan perkembangan bahasa
normal 57%.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
pola asuh yang baik dari orang tua dan juga dari lingkungan disekitarnya. Komunikasi
yang baik antara orang tua dengan anak akan memberikan stimulus yang baik bagi
bayi untuk belajar hal baru.
Pertumbuhan fisik merupakan dasar dari perkembangan
berikutnya. yang mana pola asuh orang tua dilatar belakangi oleh pengaruh
budaya dan lingkungan, anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak adekuat
dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup dan juga yang
kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa
yang rendah. Jumlah dan posisi anak dalam keluarga juga mempengaruhi
perkembangan bahasa seorang anak, suatu keluarga yang memiliki banyak anggota
keluarga akan mempengaruhi perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi
komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal
dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti (www.wordpress.com,2010). Pendidikan orang
tua juga sangat mempengaruhi perkembangan
bahasa anak karena dengan pendidikan yang baik, maka diharapkan orang tua dapat
terbuka dengan berbagai informasi yang ada, selain itu tingkat pendidikan orang tua yang rendah
merupakan faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya. karena semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima informasi
(Notoatmodjo, 2005: 23). Selain hal di
atas perkembangan yang baik pada anak juga dipengaruhi oleh faktor usia orang
tua dimana biasanya orang tua yang terlalu muda belum siap menerima keadaannya
dan menyerahkan semua tanggung jawab pada ibunya (nenek), bahkan sebaliknya
jika terlalu tua anak bisa tidak terurus dengan baik. Menjadi orang tua
diperlukan kesiapan fisik dan psikis, rentang usia tertentu adalah baik untuk
menjadi orang tua apabila terlalu muda dan terlalu tua mungkin tidak dapat
menjalankan peran tersebut secara optimal (Supartini, 2005:36)
Dalam mempertahankan agar
perkembangan bahasa anak ataupun perkembangan lainnya tetap berjalan normal perlu
diperhatikan pola pengasuhan dari orang tua dan asupan gizi yang sesuai dengan
kebutuhannya,
Untuk membantu perkembangannya orang tua dapat membantu memberikan stimulasi
yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak.
4.2.4 Hubungan Status Gizi
dengan Perkembangan Aspek Bahasa Anak Usia 4-6
Bulan
Dari
hasil penelitian didapatkan status
gizi lebih dengan perkembangan bahasa yang normal sebanyak 3%, status gizi baik
dengan perkembaangan bahasa normal sebanyak 54 %, status gizi sedang dengan
perkembangan bahasa tidak dapat diuji sebanyak 20%, status gizi kurang dengan
perkembangan bahasa suspect sebanyak 10% dan perkembangan bahasa tidak dapat
diuji sebanyak 3%, status gizi buruk dengan perkembangan bahasa suspect
sebanyak 10% (Tabel 4.1). sebagian besar status gizi yang baik juga diikuti
perkembangan bahasa yang normal.
Hal tersebut dikarenakan anak yang mendapatkan
gizi yang cukup dan pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi anak dan
tingkat perkembangan bahasanya. gizi merupakan modal dasar bagi tubuh untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, pengetahuan ibu yang baik
akan membawa dampak pada pertumbuhan serta perkembangan anak yang baik pula.
Perkembangan bahasa pada anak
didukung oleh kematangan alat-alat bicara misalnya tenggorokan, langit-langit,
lebar rongga mulut, dll., kesiapan berbicara juga dipengaruhi oleh kesiapan
mental anak yang sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak. gizi
yang cukup dan baik akan membantu proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang akan berkembang sedemikian rupa,
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya secara normal (Ade Suryani,
2010).
Dalam mempertahankan agar
status gizi dan perkembangan tetap baik dan normal dengan cara tetap
memperhatikan asupan gizi yang baik dan pola asuh yang diterapkan orang tua
sesuai dengan tahapan usianya.